Wow Marah-nyaaa, Puncak Amarah Megawati ke Jokowi di Balik Pidato Berapi-api
Administrator Kamis, 30 November 2023 06:55 WIB
NASIONAL, POLITIK, - Pidato-berapi-api Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Kemayoran adalah ekspresi kekecewaan yang mendalam sekaligus kemarahan serius pada praktik bernegara yang saat ini berada di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi).
Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun meyakini Mega telah lama memendam kekecewaan sejak ada upaya perpanjangan kekuasaan 3 periode, tetapi ia masih bersabar saat itu.
Ubed melihat kini emosi Mega memuncak ketika Mahkamah Konstitusi (MK) dipermainkan hingga secara moral runtuh karena memaksakan kehendak untuk meloloskan anak Jokowi, Gibran Rakabuming, maju Pilpres2024 sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
"Karena ketua MK nya yang adik ipar Presiden itu [red: Anwar Usman] telah melakukan pelanggaran etik berat yang keputusannya memuluskan putra Jokowi untuk menjadi calon wakil Presiden," kata Ubed kepada CNNIndonesia.com, Rabu (29/11).
Menurut Ubed, pesan penting dari Mega adalah sebuah penegasan bahwa roda pemerintahan Jokowi sudah menabrak batas konstitusi negara. Pidato Mega itu semacam kode untuk bangsa Indonesia agar tetap bersuara secara lantang.
"Jelas terbaca kemarahan Mega itu meskipun tidak menyebutkan kemarahannya itu ditujukan kepada siapa tetapi publik paham bahwa secara semiotik kemarahan itu ditujukan kepada Jokowi beserta keluarganya," ujarnya.
"Dengan kemarahan itu tandanya peringatan keras untuk Jokowi beserta keluarganya," imbuhnya.
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi juga menilai pidato Mega yang menggebu-gebu itu jelas ditujukan untuk Jokowi. Sebab, Mega menyebut kata kunci 'yang berkuasa' dalam pidatonya.
"Karena sebagai presiden tentu beliau [Jokowi] yang berkuasa, kepala pemerintahan dan kepala negara," kata Asrinaldi.
Asrinaldi menjelaskan bahwa dalam konteks kepala pemerintahan, Jokowi bisa menggunakan kekuasaannya. Sebab, akses dan kendali pada kekuasaan itu ada pada tangannya.
"Dan ini dikhawatirkan sebenarnya oleh Bu Mega ya," ujarnya.
Ditambah lagi, Mega ketar-ketir karena Jokowi dalam gelaran Pilpres tak berada di sisi PDIP. Anak sulungnya, Gibran justru menjadi cawapres dari kubu lawan PDIP.
"Memang hal ini merugikan sendiri bagi PDI Perjuangan. Padahal presiden Jokowi adalah kader PDI Perjuangan," tuturnya.
Selain sakit hati karena Jokowi tak berpihak pada PDIP, Asrinaldi juga melihat Mega khawatir dengan adanya kecurangan. Sebab, Pemilu yang melibatkan Gibran dilangsungkan saat Jokowi menjabat sebagai presiden.
"Jadi saya pikir kekhawatiran Bu Mega kemudian sindiran-sindirannya tentu ditujukan pada Pak Jokowi yang dianggap sudah keluar dari pakem sebagai seorang presiden," jelas dia.
Di sisi lain, Asrinaldi juga berpandangan apa yang disampaikan Mega ini merefleksikan apa yang terjadi dua atau mungkin satu pemilu sebelumnya.
"Ketika PDI Perjuangan memang mengusung kembali Pak Jokowi dan kemenangan Pak Jokowi juga menggambarkan sebenarnya bagaimana keterlibatan PDI Perjuangan dalam pemenangan itu," ucap dia.
Dalam proses pemenangan itu, kata Asrinaldi, bisa jadi apa yang dikhawatirkan Mega sebenarnya sudah dilakukan pada Pemilu sebelumnya. Saat PDIP bersama-sama memenangkan Jokowi.
Sehingga, Mega tau celah kecurangan yang berpotensi dilakukan oleh Jokowi untuk gelaran Pemilu saat ini.
"Nah ini sebenarnya membuat PDI Perjuangan melalui kritikan Bu Mega untuk meminta semua pihak waspada dan memberi pengawasan kepada kekuasaan yang dipegang oleh Pak Jokowi," ujarnya.
"Karena fenomena 2019 ke 2024 ketika PDI Perjuangan bersama Pak Jokowi kan menggambarkan itu sebenarnya. Jadi sudah tahu di mana celah akan terjadinya kecurangan yang dikhawatirkan oleh PDI Perjuangan," lanjutnya.
Namun, Asrinaldi mengatakan Mega tak bisa tinggal diam. Oleh sebab itu, Mega sudah beberapa kali menyentil Jokowi dalam sejumlah pernyataannya. sc:cnn/ind/*
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments