Laporan KPMG: Bisnis Keluarga Di Asia Menunjukkan Budaya Kewirausahaan Lintas Generasi Yang Kuat
Administrator Sabtu, 01 Juni 2024 11:04 WIB
HONG KONG SAR - Bisnis keluarga di Asia dan Oseania dikenal dengan kemampuan kewirausahaan antar generasi yang kuat. Analisis KPMG menunjukkan bahwa membangun pengaruh keluarga yang bertahan lama dan kuat melalui kewirausahaan lintas generasi dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan dan kemampuan pembangunan berkelanjutan, mencapai warisan generasi, dan menjaga kohesi keluarga.
Laporan "Membuka Warisan - Jalan yang Lebih Baik Menuju Pertumbuhan Bisnis Keluarga" mensurvei 2.683 CEO bisnis keluarga dari 80 negara dan wilayah untuk mengeksplorasi arti sebenarnya dari warisan dalam dunia bisnis saat ini dan bagaimana bisnis keluarga dapat berkembang di masa depan melalui warisan. Terus meningkatkan daya saing. Laporan tersebut menggunakan hasil survei untuk menganalisis berbagai aspek warisan keluarga, antara lain materi, kekerabatan, sosial, identitas, dan kewirausahaan.
"Dalam proses membangun warisan bisnis keluarga yang langgeng, bagaimana menggabungkan tradisi dan inovasi adalah salah satu tantangan paling umum. Meskipun yang diwariskan seringkali merupakan hal lama, hal-hal ini akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja bisnis bisnis keluarga dan pembangunan berkelanjutan terhadap lingkungan, masyarakat, karyawan, dan pemasok, serta merupakan landasan pengembangan masa depan perusahaan,"ungkap Karmen Yeung, National Head of KPMG Private Enterprise, KPMG China, dalam rilisnya, Kamis (30/5/2024).
43% responden mengatakan bahwa perusahaan mereka memiliki kinerja bisnis, lingkungan, dan sosial yang sangat baik serta memiliki budaya warisan yang mendalam. Temuan ini semakin mendukung hubungan kuat antara warisan dan kewirausahaan antargenerasi, yang memandu pengambilan keputusan strategis dalam bisnis keluarga dan memiliki dampak besar terhadap kinerja bisnis jangka panjang dan pembangunan berkelanjutan. Di antara bisnis keluarga dengan skor kewirausahaan antargenerasi tertinggi, 49% menerima skor tertinggi untuk kinerja bisnis, sementara 60% menerima skor tertinggi untuk keberlanjutan.
Di Tiongkok, 75% bisnis keluarga masih dikelola oleh generasi pertama. Bisnis generasi pertama dan kedua mendapat nilai tertinggi dalam hal warisan materi, namun skor ini cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jumlah generasi keluarga dalam suatu bisnis. Hal ini mungkin mencerminkan berkurangnya kekayaan seiring dengan pertumbuhan keluarga yang semakin besar dan kompleks, atau pergeseran fokus warisan sebuah keluarga dari aset berwujud menjadi aset tak berwujud.
Di Asia, yang didominasi oleh negara-negara berkembang, kekayaan sering kali dipandang sebagai warisan keluarga. Bisnis keluarga di Asia dan Oseania mendapat skor tertinggi dalam kewirausahaan antargenerasi dibandingkan wilayah lain. Struktur usia perusahaan yang relatif muda di kawasan ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan korporasi, serta filosofi operasi umum yaitu "menjaga kepemilikan dan manajemen dalam keluarga" yang dianut oleh bisnis keluarga.
"Ketika generasi muda bergabung dengan bisnis keluarga, kami menyadari bahwa beberapa bisnis keluarga mengalihkan fokus mereka dari masa lalu ke masa depan. Penting bagi generasi muda ini untuk mengubah fokus mereka dari masa lalu ke masa depan. pengusaha memahami pentingnya menerapkan perubahan. Pada saat yang sama, jangan mengabaikan fundamental bisnis yang telah mendorong perkembangan perusahaan," terang Peter Lee, Partner, Family Advisory, Private Enterprise Practice, KPMG China.
Data KPMG juga menunjukkan bahwa generasi muda yang berjiwa wirausaha lintas generasi seringkali dapat memperluas pengaruh warisan perusahaan karena berani berkomunikasi secara terbuka dengan generasi tua mengenai hal-hal yang penting bagi perusahaan, sehingga memperkuat warisan perusahaan. Anggota keluarga yang lebih muda sering kali terlibat aktif dalam urusan bisnis sebagai calon penerus.
Perlu dicatat bahwa masa jabatan CEO merupakan faktor penting yang mempengaruhi penekanan perusahaan pada warisan darah. Di Tiongkok, warisan darah (23%) merupakan salah satu komponen terpenting dalam bisnis keluarga. Pemimpin yang telah menjabat lebih lama seringkali lebih bersedia untuk membina penerus yang memiliki hubungan darah untuk mewarisi perusahaan, yang menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara lamanya masa jabatan kepemimpinan dan pembinaan penerus keluarga.
Namun, skor CEO bisnis keluarga perempuan jauh lebih rendah dibandingkan CEO laki-laki dalam hal warisan darah, yang mencerminkan bahwa mereka mungkin lebih memperhatikan aspek warisan lainnya seperti tanggung jawab sosial perusahaan atau inovasi. Perlu dicatat bahwa data survei menunjukkan bahwa dalam bisnis keluarga yang dipimpin oleh CEO perempuan, warisan mempunyai dampak positif yang lebih signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Beberapa pemimpin perempuan mungkin lebih menghargai pencapaian kolektif dibandingkan warisan pribadi atau garis keturunan, dan karena itu memandang kesejahteraan karyawan, keterlibatan masyarakat, dan kelestarian lingkungan sebagai bagian integral dari warisan mereka. Dari seluruh wilayah yang disurvei, Tiongkok memiliki proporsi CEO perempuan tertinggi dalam bisnis keluarga. **
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments