Selasa, 17 Sep 2024

Kenapa Dolar Mau Tembus Rp16.000? Tapi Batal

Administrator Senin, 13 November 2023 08:23 WIB

NASIONAL, -  Nilai tukar rupiah menjadi sorotan selama sebulan terakhir. Rupiah bergerak melemah cukup cepat hingga dolar Amerika Serikat (AS) nyaris menyentuh level Rp16.000, akan tetapi batal terjadi. Rupiah justru balik menguat.

"Memang situasinya cukup tegang," kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia dalam bincang media di Raja Ampat, pada akhir pekan lalu.

Biang kerok terbesar pelemahan rupiah adalah AS. Inflasi tinggi diperkirakan membuat AS masih akan menaikkan suku bunga acuan dari posisi sekarang 5,25-5,50% atau 525 bps sejak Maret 2020.

Di sisi lain ada kenaikan obligasi AS atau US Treasury sampai ke level 5%. Setiap pergerakan data tersebut beserta kebijakan Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) membuat guncangan, terutama pada pasar keuangan.

Situasi ini terjadi ketika 23 Oktober hingga 1 November 2023. Dolar AS bergerak di sekitar level Rp15.845 - Rp15.930. Banyak analisa yang bermunculan dan memperkirakan dolar AS akan menembus level Rp16.000. Seiring dengan besarnya aliran modal ke luar dari Indonesia (outflow).

"Dalam kondisi outflow, eksportir menunda penjualan sementara importir mempercepat pembelian," jelasnya.

Ramdan menyadari, eksportir menahan pasokan dolar karena berharap bisa dijual pada level di atas 16.000. Sementara importir khawatir dolar akan semakin mahal, sehingga harus membeli lebih cepat.

BI kemudian menjalin komunikasi dengan baik di pasar agar tidak menimbulkan kepanikan. Antara lain dengan menyampaikan kondisi fundamental Indonesia yang sangat baik hingga kehadiran BI di pasar untuk memastikan permintaan dolar AS itu bisa terpenuhi.

"Kalau mereka yakin BI di pasar, lama-lama mereka (eksportir) gak betah nunggu akhirnya lepas juga dolarnya," terang Ramdan.

Ramdan menegaskan, BI memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk melakukan intervensi. Data terakhir cadangan devisa mencapai US$ 133,1 miliar. Meski demikian, bukan berarti semua akan digelontorkan sekaligus. Sementara kebutuhan dolar AS pada pasar spot setiap harinya mencapai US$ 2-3 miliar.

"Bisa dibayangkan kalau BI mati-matian sangat agresif dalam sekejap cadev kita akan habis," ungkapnya.

Proses intervensi akan dilakukan secara mulus dengan tetap memperhatikan mekanisme pasar yang berjalan. Di samping juga tetap melakukan inovasi, antara lain menerbitkan instrumen baru seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)pada September dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI)pada November 2023.

"Jadi kalau intervensi itu efektif buat market tapi tidak terlalu membebani cadev kita," pungkasnya.
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments