Jumat, 22 Nov 2024
  • Home
  • Serbaserbi
  • Ketika Habibie Tolak Pembelian Tank Scorpion: Didukung ABRI, Ditolak Soeharto

Ketika Habibie Tolak Pembelian Tank Scorpion: Didukung ABRI, Ditolak Soeharto

antaranusa123 Sabtu, 04 Juni 2022 21:01 WIB
JAKARTA- Dinilai tidak sesuai dengan kondisi medan di Indonesia, Habibie tidak menyetujui pembelian tank buatan Inggris. Didukung ABRI namun ditolak Presiden Soeharto.

      Tahun 2013, mantan wakil presiden Republik Indonesia B.J. Habibie mengecam keras rencana pembelian tank jenis Leopard oleh Kementerian Pertahanan RI. Dalam suatu pidato di Kantor Bappenas, Jakarta, Habibie menyebut orang yang menyarankan pembelian tank buatan Jerman itu sebagai bodoh dan mencari keuntungan semata.

     "Sekarang mereka bodoh beli tank itu untuk hanya untung dapat uangnya. Kita harus tahu yang tepat di darat dan udara. Saya sudah sampaikan pada yang bersangkutan supaya di-review tidak tepat dan tidak wajar beli tank Leopard untuk pertahanan sipil," ungkapnya seperti dilansir merdeka.com pada 8 Maret 2013.

   Delapan belas tahun sebelumnya, Habibie yang saat itu tengah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, juga pernah menolak pembelian tank FV 101 Scorpion dan FV 103 Stormer oleh RI. Dia menyebut tank-tank buatan Inggris itu sangat tidak cocok dengan medan di Indonesia.

    Alih-alih menyetujui rencana tersebut, Habibie malah mendukung keinginan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) untuk membeli KIPV (Korean Infantry Fighting Vehicle) buatan Korea Selatan.

     "Dukungan itu diucapkan Pak Habibie saat berdiskusi dengan saya mengenai rencana pembelian itu," kenang Letnan Jenderal (Purn) Sintong Panjaitan.

Kompak dengan Jenderal Edi Soedradjat

        Saat bertemu Menteri Pertahanan Jenderal Edi Soedradjat, penolakan Habibie mendapat dukungan. Terlebih setelah Habibie memberikan uraian detil tentang keunggulan dan kelemahan dua jenis tank itu, Edi semakin mantap untuk memilih KIFV sebagai tank yang akan dipergunakan ABRI.

     Secara kualitas dan harga, Habibie menyebut pilihan ABRI itu sudah tepat dan sesuai kebutuhan. Selain murah (tiga tank KIFV seharga dengan sebuah tank Scorpion), tank buatan Korea Selatan tersebut juga sudah teruji di berbagai medan dan lebih sesuai dengan situasi di alam Indonesia.

     "Walaupun banyak yang bilang keduanya memiliki perbedaan dalam pandangan politik, Pak Edi dan Pak Habibie itu sebetulnya sama-sama orang yang lebih mengutamakan kepentingan negara. Jadi ya keduanya bisa kompak kalau terkait soal itu," ujar Sintong Panjaitan.

     Namun sejarah mencatat, maksud baik Habibie dan Edi kandas di tengah jalan. Mereka 'kalah kuat' karena pemegang tender proyek pembelian tank Scorpion dan tank Stormer adalah Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut (putri sulung Presiden Soeharto).

     Tanpa sepengetahuan Edi juga selaku Menhankam, Scorpion dan Stormer terlanjur dibeli. Padahal menurut Sintong, Korea Selatan sudah berniat untuk membeli lagi pesawat CN-235-200 lewat cara imbal beli dengan peralatan militer dari Korea Selatan.

   "Tetapi karena kita sudah membeli 50 tank Scorpion dan Stormer dari Inggris, maka Indonesia tidak jadi membeli tank dan ranpur dari Korea Selatan," ujar Sintong dalam biografinya yang ditulis Hendro Subroto, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

      Menurut Sintong, pilihan Habibie dan Edi sebenarnya sudah tepat. Andaikan Indonesia jadi membeli KIFV (berharga di bawah 1 juta dolar AS) dan tidak menggunakan Scorpion dan Stormer (berharga 2,5 juta dolar AS), maka ABRI akan memiliki 150 tank dan ranpur atau setengah dari kebutuhan Angkatan Darat.

     Tetapi karena ide itu pun ditolak oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal R.Hartono yang lebih mendukung pembelian Scorpion dan Stormer, jadilah Angkatan Darat RI hanya memiliki 50 tank buatan Inggris.***

 

T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments