Jumat, 22 Nov 2024
  • Home
  • Serbaserbi
  • Rupiah Tragis? Pasar Dibuka Lagi, Rupiah Bakal Ambruk ke Rp 16.000/US$?

Rupiah Tragis? Pasar Dibuka Lagi, Rupiah Bakal Ambruk ke Rp 16.000/US$?

Administrator Selasa, 16 April 2024 07:29 WIB


NASIONAL,  Jakarta, - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau cenderung mengalami depresiasi pasca lebaran.

Sejak 2014 hingga 2023, hanya tahun 2016, 2019, dan 2023 di mana rupiah menguat satu hari pasca lebaran. Sedangkan sisanya, rupiah cenderung mengalami pelemahan setelah sekitar satu minggu libur lebaran yang membuat rupiah tidak bergerak.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah pada penutupan perdagangan terakhir 5 April 2024 mengalami penguatan sebesar 0,31% di angka Rp15.840/US$. Angka ini merupakan posisi terkuat sejak 26 Maret 2024.

Jika dilihat beberapa hari sebelumnya, rupiah terpantau sempat menembus level psikologis Rp15.900/US$. Bahkan pada 2 April 2024, tercatat highest point dalam intra-day sempat menyentuh level Rp15.960/US$.

Pada saat itu, anjloknya rupiah terhadap dolar AS cukup mengkhawatirkan pelaku pasar karena level psikologis baru yakni Rp16.000/US$ hampir saja tersentuh.

Sebagai informasi, level Rp16.000/US$ pernah dicapai pada Maret-April 2020 di saat pandemi Covid-19 melanda global termasuk Indonesia.

Penyebab ambruknya rupiah ini pada dasarnya didominasi oleh faktor eksternal, khususnya yang datang dari AS yang memanas.

Inflasi AS di luar dugaan menanjak ke 3,5% (year on year/yoy)pada Maret 2024, dari 3,2% pada Februari 2024.Inflasi inti - di luar makanan dan energi -stagnan di angka 3,8%.

Data tenaga kerja AS juga menunjukkan ada penambahan tenaga kerja hingga 303.000 untuk non-farm payrolls. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 200.000.

Lonjakan inflasi AS dan masih panasnya data tenaga kerja AS ini menimbulkan kekhawatiran jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menahan suku bunga lebih lama.

Akankah Rupiah Tembus Rp16.000?

Ekonom Bank Maybank Myrdal Gunarto mengatakan di pasar valuta asing (valas) domestik sendiri rupiah memang belum menyentuh angka Rp16.000/US$. Namun rupiah sudah menembus level Rp16.000/US$ diperkirakan karena mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non-deliverable forward (NDF) Singapura.

"Rupiah terlihat melemah karena posisi dolar AS yang tengah menguat secara global maupun regional Asia. Hal itu tercermin dari posisi variabel indeks dollar AS (DXY) yang posisinya terus menanjak," ujar Myrdal.

Ia juga menegaskan bahwa penguatan DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi, yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat, terutama pasar obligasi Amerika Serikat yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga bank sentral AS (the Fed) semakin uncertain.

Secara fundamental, memang permintaan dolar AS di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat untuk impor BBM maupun bahan pangan yang secara permintaannya meningkat untuk menghadapi faktor musiman Lebaran, maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak.

Kendati banyaknya faktor yang melemahkan rupiah, Myrdal meyakini pada esok hari, rupiah akan bergerak menyesuaikan dengan tren penguatan dolar AS secara global, di mana investor global akan melakukan aksi outflow dengan profit taking di pasar obligasi domestik.

Dengan kondisi saat ini, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan aksi intervensi agar sebisa mungkin menahan volatilitas drastis dari pergerakan rupiah.

Myrdal menambahkan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS kelihatannya akan ditahan untuk tidak melemah ke level psikologis di atas Rp16.000/US$ pada Selasa nanti.

BI akan kembali mengandalkan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar Spot Rupiah, DNDF, maupun pasar sekunder obligasi domestik. sc:cnbc/ind/**
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments