Senin, 25 Nov 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Berikut Kisah anak muda berusia 19 tahun memimpin tim pembuat satelit paling ringan di dunia

Berikut Kisah anak muda berusia 19 tahun memimpin tim pembuat satelit paling ringan di dunia

Administrator Rabu, 30 Januari 2019 06:29 WIB
GETTY IMAGES


DUNIA, - "Kami tak bisa berbicara. Kami saling berpelukan. Perasaan kami tak bisa digambarkan dengan kata-kata," kata Rifath Sharook.

Sharook adalah mahasiswa berusia 19 tahun dan anggota sekaligus ketua tim yang merancang dan membuat Kalamsat-V2, satelit 'paling ringan' di dunia.

Satelit tersebut sukses diluncurkan oleh Organisasi Riset Ruang Angkasa India (ISRO) pada Kamis (24/01).

Berat satelit ini hanya 1,2 kilogram dan dirakit hanya dalam waktu enam hari. Bagaimana mereka melakukannya?

Seperti selebritas

Setelah peluncuran berjalan sukses, anggota tim mendapat pujian dari berbagai pihak.

"Kami menjadi bintang tidak dalam satu malam. Ini adalah puncak dari kerja keras selama bertahun-tahun," katanya kepada BBC.

Satelit Kalamsat-V2 adalah satelit ketujuh yang dibuat oleh tim yang dimotori oleh Sharook.

Nama Kalam dipakai sebagai penghargaan kepada mantan presiden India dan pelopor penelitian ruang angkasa yang sangat dihormati, Dr APJ Abdul Kalam.

Kalamsat-V2 sengaja dirancang dengan tidak mencontoh model-model yang sudah ada, yang sudah terbukti bisa berfungsi dengan baik.

Ini memaksa seluruh anggota tim untuk melakukan terobosan dan inovasi.

"Dan sejak tahap awal, kami juga sangat terbantu dengan para ilmuwan ISRO. Kami bertanya kepada mereka setiap kali menemui masalah," kata Sharook.

ISRO tidak mengenakan biaya untuk mengangkut Kalamsat-V2 ke orbit. Kebetulan, hari Kamis lalu mereka melakukan misi menempatkan satelit militer ke orbit.

Kalamsat-V2, dengan berat hanya 1,2 kg, dianggap sebagai muatan ekstra.

"Kalau kami menggunakan roket atau wahana komersial, mungkin kami harus membayar antara US$60.000 hingga US$80.000 (sekitar Rp844 juta hingga Rp1,1 miliar). Terus terang, kami tak mampu membayarnya," kata Sharook.

Ongkos untuk membuat Kalamsat-V2 sekitar US$18.000 atau sekitar Rp253 juta.

Satelit Cassini bersiap menjalankan misi terakhir di Planet Saturnus
Kalamsat-V2 dibuat untuk membantu komunikasi radio amatir dan dirancang untuk bisa berfungsi selama dua bulan.

Bahan alumunium dibeli dari Chennai namun beberapa komponen penting lain harus didatangkan dari luar negeri.

"Kami memerlukan waktu dua hari untuk merancang, selebihnya untuk merakit dan melakukan uji coba," kata Sharook.

Pengalaman NASA

Anggota tim bekerja di satu kantor yang tadinya adalah apartemen di kawasan perdagangan kota pelabuhan Chennai, yang dulu dikenal dengan nama Madras.

Anggota tertua adalah Yagna Sai yang berusia 21 tahun.

Ia baru lulus S1 beberapa bulan lalu dari jurusan teknik ruang angkasa. Ia diberi tanggung jawab untuk integrasi seluruh aspek dari pembuatan satelit.

Ketertarikan ke dunia ruang angkasa berawal dari pengalaman kunjungan ke NASA beberapa tahun lalu.

Dalam empat tahun terakhir ia bekerja untuk lembaga pendidikan ruang angkasa, Space Kidz India, yang mendukung penuh proyek pembuatan satelit paling ringan di dunia.

"Kami berlomba dengan waktu. Selama enam hari kami hanya tidur sekitar dua jam per malam. Bahkan kami tak punya waktu untuk memikirkan makan."

"Pada hari keenam, kami membawa satelit ke fasilitas ISRO untuk menjalani tes guncangan dan tes getaran. Kami sangat senang ketika saintis di ISRO mengatakan satelit kami lulus ujian. Rasanya luar biasa."

Doa
Tim juga mengatakan setiap kali setiap suku cadang satelit yang diterima "menjalani pemberkatan" di ruang yang dipakai untuk berdoa. Di ruang ini disimpan beberapa foto dan patung dewa.

"Tak ada yang tak kami doakan," katanya.

Srimathy Kesan, pengusaha berusia 45 tahun yang memimpin Space Kidz India, menyediakan dana perusahaan untuk membantu tim. Tapi ia juga mengeluarkan uang dari kantung sendiri.

Setelah sukses membuat dan mengorbitkan Kalamsat-V2, tim berencana membuat satu lagi satelit tahun ini.

Yagna Sai mengatakan masalah dana tidak mengganggu ambisi tim.

"Kami bisa melakukan banyak hal dengan menggunakan teknologi dan metode alternatif. "Kami tak memerlukan suntikan dana tambahan, yang kami inginkan adalah kesempatan," kata Sai.

Ketua tim Rifath Sharook yang tertarik dengan dunia satelit sejak usia 14 tahun, mempunyai pandangan yang sama.

"Industri ruang angkasa mengalami perubahan besar ... senang rasanya diberi kesempatan dan pengalaman untuk membuat satelit," katanya. (BBC/*).
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments