Jumat, 18 Okt 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Dampak Tiket Mahal dan Tarif Bagasi Makin dirasakan Rakyat

Dampak Tiket Mahal dan Tarif Bagasi Makin dirasakan Rakyat

Selasa, 12 Februari 2019 09:56 WIB

NASIONAL, - Dampak naiknya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar oleh maskapai kian dirasakan di berbagai daerah. Pihak-pihak yang mengklaim terdampak juga makin banyak.

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar menghambat pemulihan pariwisata Lombok.

"Sejak gempa sudah banyak cancel. Pascagempa low season, harga tiket pesawat naik, ditambah bagasi berbayar, ini tidak lazim," ujar Umbu di kantor Dinas Pariwisata NTB, Senin (11/2).

Umbu menambahkan, kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar yang terjadi saat low season semakin membuat sektor pariwisata Lombok menderita. Akibatnya, banyak anggota Asita NTB yang tidak lagi menerima pesanan dari para tamu untuk berlibur di Lombok.

Menurut dia, seharusnya maskapai bisa melakukan kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar secara bertahap agar masyarakat tidak kaget dan membuat mengurungkan niatnya berlibur. "Momennya tidak tepat, ini tiba-tiba semacam serangan mendadak, seharusnya naik dikit-dikit, bagasi juga pelan-pelan ada tahapan, jadi orang tidak kaget, kalau kaget pasti 'jantungan' dan tidak bisa jalan," kata Umbu.

Ia menilai, karakteristik wisatawan nusantara (wisnus) sangat gemar berbelanja saat berkunjung, berbeda dengan karakteristik wisatawan mancanegara (wisman). Kebijakan penerapan bagasi berbayar yang dilakukan Lion Air Group, kata Umbu, membuat minat berbelanja wisnus menjadi berkurang.

Menurut Umbu, kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar menjadi isu nasional yang mengancam keberlangsungan sektor pariwisata. "Ini kita tidak mengada-ada, anggota Asita se-Indonesia saja ada 7.000 orang, anggota Asita NTB ada 160-an orang, belum termasuk pegawai, berapa banyak orang yang terdampak dari kebijakan tersebut," kata Umbu menambahkan.

Sebab itu, ia mengungkapkan, seluruh perwakilan DPD Asita se-Indonesia akan menggelar aksi damai menyuarakan tuntutan agar adanya penurunan harga tiket pesawat dan pembatalan penerapan bagasi berbayar di depan Istana Presiden di Jakarta pada 28 Februari mendatang.

Pihak maskapai sebelumnya sudah menjanjikan penurunan tarif pesawat sebesar 20 hingga 60 persen dari harga yang melonjak sejak libur Natal dan tahun baru. Kendati demikian, berdasarkan penelusuran di situs perantara pembelian tiket Traveloka, untuk penerbangan dari Jakarta ke Lombok pada Selasa (12/2), misalnya, tiket pesawat maskapai low cost carier berada pada rentang harga Rp 1 juta hingga Rp 1,7 juta.

Angka ini masih jauh lebih mahal dari harga sebelum akhir tahun lalu yang berkisar pada angka Rp 600 ribu. Selain itu, jika menggunakan Lion Air, penumpang masih harus menambah biaya tarif bagasi dengan rentang sekitar Rp 100 ribu (5 kilogram) hingga sekitar Rp 1 juta (30 kilogram).

Di Provinsi Bangka-Belitung, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Elfiyena, menyatakan, pelaku UMKM di Pulau Belitung mulai merumahkan karyawannya karena kunjungan wisatawan berkurang akibat tingginya harga tiket pesawat di daerah itu.

"Harga tiket pesawat tinggi dan pemberlakuan biaya bagasi angkutan udara ini sangat memengaruhi usaha kecil menengah di Pulau Belitung yang merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia," kata Elfiyena di Pangkal Pinang, Senin.

Tiket low cost carrier dari Pangkal Pinang menuju Jakarta sebelum akhir 2018 berkisar pada angka Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu. Saat ini, menilik harga di Traveloka untuk Selasa (12/2), rentang harga berada pada angka Rp 1,2 juta hingga Rp 1,9 juta. Jumlah itu juga masih harus ditambah tarif bagasi.

Menurut Elfiyena, hasil koordinasi dan laporan dengan Pemkab Belitung dan Belitung Timur saat ini sudah ada lima UMKM yang merumahkan karyawannya. Selain harga tiket pesawat yang tinggi, biaya pengiriman produk UMKM melalui angkutan udara kini tidak sebanding dengan biaya produksi.

"UMKM sektor makanan yang sangat merasakan dampak kenaikan harga tiket pesawat ini karena adanya masa waktu kedaluwarsa makanan yang diproduksinya," katanya.

Ke depannya, pemprov akan mendata berapa banyak karyawan yang dirumahkan pelaku UMKM ini untuk mencari solusi permasalahan tersebut. Harapannya, kondisi tak semakin parah dan memengaruhi perekonomian masyarakat di Pulau Belitung.

Penelusuran Republika di sejumlah bandar udara utama di Tanah Air sejak dua pekan lalu menemukan keluhan-keluhan serupa dari berbagai kalangan yang berkaitan dengan lalu lintas bandara. Di Bandara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta, misalnya, para pengemudi taksi bandara mengeluhkan sepinya bandara belakangan.

Sementara itu, di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, para porter alias pengangkut barang bawaan penumpang mengeluhkan seretnya pendapatan akibat penurunan penumpang sepanjang Januari hingga Februari ini. Para pedagang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, juga mengeluhkan omzet yang anjlok hingga setengahnya per hari.

Situasi terkini, seperti dilaporkan Antara, sejumlah pemilik usaha makanan dan minuman di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatra Barat, mulai merasakan imbas kenaikan harga tiket pesawat ditandai dengan sepinya jumlah pembeli.

"Kami khawatir juga kalau kondisi ini terus berlangsung, bisa ditutup karena tidak seimbang pemasukan dengan sewa tempat," kata Risa, salah seorang pengelola rumah makan Padang, di Bandara Minangkabau, kemarin.

General Manager Bandara Minangkabau Dwi Ananda mengakui terjadi penurunan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang sejak Desember 2018. Untuk jumlah penumpang, Dwi menyebutkan turun sekitar 2.000 orang per hari dari periode yang sebelumnya.

"Penurunan ini berdampak ke pendapatan mengingat kontribusi pajak bandara (PSC) sebanyak 40 persen ke pendapatan Angkasa Pura II," katanya. Dia menambahkan, tidak semua penurunan penumpang diakibatkan karena satu faktor, yaitu naiknya harga tiket pesawat.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Ahad (10/2) telah menanggapi persoalan tersebut. "Kalau memang (harga tiket pesawat tinggi) itu karena low season. Kalau low season, maskapai butuh hidup. Itu salah satu sebabnya," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana B Pramesti di Bandara Soekarno-Hatta, Ahad (10/2).

Polana menilai, harga tiket pesawat saat ini tidak terlalu tinggi, tetapi masih pada batas wajar. Dia menegaskan, belum ada maskapai yang melanggar batas atas tiket pesawat. Ia justru meminta pemerintah daerah berperan mengatasi sepinya penumpang dan lesunya pariwisata.

Bagaimanapun, data Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, kenaikan harga tiket pesawat sepanjang Januari yang sedianya sudah memasuki low season ikut menyumbang inflasi pada bulan tersebut. Sebelum-sebelumnya, turunnya tiket selepas musim liburan, seperti pada akhir tahun, biasa menjadi penyumbang deflasi.
(antara/rahayu subekti ed: fitriyan)
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments