Senin, 25 Nov 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Direktur BPN Sudirman Said Duga Ada Pemodal dana Besar untuk Tabloid Indonesia Barokah

Direktur BPN Sudirman Said Duga Ada Pemodal dana Besar untuk Tabloid Indonesia Barokah

Administrator Senin, 28 Januari 2019 08:10 WIB


Jakarta, Indonesia, - Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sudirman Said menduga peredaran Tabloid Indonesia Barokah dilakukan secara sistematis oleh orang yang memiliki dana besar.

"Itu bukan ongkos kecil karena tersebarnya sistematis. Dikirim ke masjid sudah lengkap dengan alamat lewat jasa paket pos. Jumlahnya mencapai ribuan, jadi ini pihak yang punya uang besar," kata Sudirman.

Sudirman memastikan kubu Prabowo-Sandi bukan pihak yang membuat dan menyebarkan tabloid tersebut. Sebab, beberapa artikel di dalamnya justru lebih menyudutkan pasangan capres-cawapres nomor urut 02.

"Kalau ditanya siapa yang bikin, pasti bukan dari kami. Isinya sangat menyakitkan masyarakat dan itu cara yang primitif yang harus ditinggalkan dalam kontestasi politik. Kita menyayangkan itu," katanya.

Peredaran Tabloid Indonesia Barokah ditemukan di sejumlah masjid di Blora, Jawa Tengah. Tabloid tersebut juga tersebar di beberapa masjid daerah lain di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Kubu Prabowo: Pihak Indonesia Barokah Punya Uang Besar 
Beredar di Surabaya

Tabloid Indonesia Barokah kini juga beredar di Surabaya, salah satunya ditemukan di Masjid Al Muhajirin Jalan Kutisari V Tenggilis Mejoyo. Tabloid itu dianggap bermuatan konten provokatif terkait Pilpres 2019.

Wakil Ketua Pengurus Yayasan Masjid Al Muhajirin, Suhadak mengatakan tabloid ini pertama kali ditemukan dalam kondisi terbungkus plastik berwarna hitam di atas kotak amal pada Rabu (23/1) malam.

Begitu dibuka, bungkusan tersebut berisi amplop besar berwarna coklat. Di dalamnya terdapat Tabloid Indonesia Barokah.

"Saya lihat benar alamatnya ditujukan untuk Masjid Al Muhajirin. Karena saya pengurus yayasan, jadi saya berani untuk bawa pulang. Paket ini saya buka di rumah," ujar Suhadak, Ahad (27/1).

Ia sempat mengira amplop tersebut berisi dokumen penting, lantaran alamat pengiriman tertulis berasal dari Bekasi. Ia pun senang karena merasa masjidnya diperhatikan. 

Namun, setelah tabloid itu dibaca, ia menemukan konten provokatif dan berhubungan dengan agenda Pilpres 2019.

"Saya baca-baca kok isinya panas begini. Lalu besoknya saya lapor ke PPS (panitia pemungutan suara) sini karena kan pasti tahu yang begini-begini," tuturnya.

Kini, petugas PPS telah mengamankan tabloid itu. Suhadak mengatakan warga lain di luar yayasan dan PPS belum ada yang sempat membaca isi tabloid.

"Kalau saya sih menanggapinya santai saja. Saya kira enggak ada apa-apa, ternyata heboh begini," kata Suhadak.

Selain di Tenggilis, sejumlah amplop berisi Tabloid Indonesia Barokah juga ditemukan di sejumlah masjid. Beberapa di antaranya di Pabean Cantikan, Mulyorejo, tiga masjid di Sawahan, serta tiga masjid di Tambaksari dan Simokerto.

Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Surabaya, Arif Afandi mengatakan peredaran Tabloid Indonesia Barokah di sejumlah masjid di Kota Pahlawan ini adalah hal yang tak etis.

Kecuali, kata Arif, bila tabloid itu diedarkan di luar lingkungan masjid sah-sah saja karena biasa dilakukan di sejumlah masjid selama ini.

"Ya, kalau di dalam masjid sebaiknya jangan. Kalau diedarkan di luar area masjid tidak masalah karena sudah di luar otoritas pengurus masjid," kata Arif saat dikonfirmasi, Ahad (27/1).

Mantan Wakil Wali Kota Surabaya ini menilai menjadikan jemaah masjid sebagai sasaran peredaran tabloid bukan masalah. Sepanjang tidak diedarkan di dalam masjid dan saat jemaah masjid sedang melaksanakan ibadah.

"Sebaiknya tabloid itu diedarakan di luar masjid, saat jemaah sedang keluar dari area masjid," kata dia.

Arif mengatakan selama ini, sejumlah masjid juga sering menjadi tempat peredaran buletin Jumat yang diterbitkan ormas, termasuk ormas yang sudah dilarang pemerintah.

Peredaran buletin itu pun, menurutnya disebar secara masif, bahkan ada pula yang bertentangan dengan akidah dan amalan mayoritas jemaah masjid tersebut.

"Tabloid itu kan sama dengan flyer, poster, dan booklet jualan produk. Di masjid-masjid, kan banyak juga yang memasarkan produk seperti otomotif, perumahan, motor, bahkan jasa pijet. Biasanya (diedarkan) sehabis salat Jumat," katanya.

Kendati demikian, soal konten Tabloid Indonesia Barokah yang dinilai provokatif tersebut, DMI Kota Surabaya mengharapkan agar pilpres dan Pileg 2019 ini dijadikan sebagai sebuah gelaran politik yang gembira, dan tidak perlu saling menjatuhkan kandidat lainnya. 

"Kepala negara, kepala daerah, anggota DPR maupun DPRD setiap lima tahun boleh berganti dan berubah. Tapi, negeri ini harus tetap utuh dan menjadi sajadah yang nyaman bagi umat Islam di Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Surabaya menyatakan bakal menyelidiki penyebaran Tabloid Indonesia Barokah di wilayah Kota Pahlawan tersebut.

"Mulai kemarin malam, kami inventarisasi 10 amplop yang masing-masing amplop berisi tiga atau dua tabloid yang disebar di 10 masjid," kata Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran Bawaslu Surabaya Usman di Surabaya.

Menurut Usman, berdasarkan informasi yang diperoleh Bawaslu, tidak ada yang mengetahui siapa yang menaruh tabloid tersebut di masjid.

"Kami sudah mengonfirmasi ke setiap takmir masjid. Indikasinya rata-rata pengirimannya ditaruh di atas kotak amal depan masjid," katanya.

Usman mengatakan pihak Bawaslu Kota Surabaya akan berkoordinasi dengan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) untuk menindaklanjuti kasus ini. (CNN/Ind).
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments