- Home
- antaranusa
- Kata BPS Tinggal 25,14 Juta Penduduk Indonesia Miskin, Bagaimana Kenyataan-nya? Benar Begitu?
Kata BPS Tinggal 25,14 Juta Penduduk Indonesia Miskin, Bagaimana Kenyataan-nya? Benar Begitu?
Rabu, 17 Juli 2019 14:15 WIB
NASIONAL, - Jumlah penduduk miskin Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2019 tercatat 25,14 juta jiwa atau 9,41 persen dari total 260 juta penduduk Indonesia. Jumlah penduduk miskin berkurang 529,9 ribu orang di bandingkan September 2018 jika dibandingkan Maret 2018, penurunannya mencapai 805,1 ribu orang.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, persentase tingkat kemiskinan sudah berada dalam rentang satu digit. Artinya, masyarakat Indonesia yang kini hidup di bawah garis kemiskinan merupakan kelompok yang benar-benar berada pada posisi paling bawah.
Karena itu Suhariyanto mengatakan, diperlukan strategi khusus untuk menarik kelompok tersebut agar terbebas dari jeratan kemiskinan. "Menurunkan tingkat kemiskinan ketika jumlahnya sudah satu digit akan sangat lama, karena mereka adalah masyarakat yang betul-betul miskin," kata Suhariyanto da lam paparannya di kantor BPS, Jakarta, Senin (15/7).
Suhariyanto mengatakan, jika 25,14 juta penduduk miskin yang ada saat ini hanya disentuh dengan bantuan pangan non-tunai (BPNT) serta bantuan pendidikan dan kesehatan, hal itu tak menjamin kelompok tersebut keluar dari garis kemiskinan. "Mereka perlu diberikan modal agar bisa hidup secara mandiri."
Bantuan modal, menurut Suhariyanto, telah dilakukan pemerintah le wat pembagian sertifikat tanah. Ia ber harap masyarakat menggunakan sertifikat tanah untuk mendapatkan modal usaha agar bisa hidup mandiri.
Namun, dia menegaskan tetap dibutuhkan strategi lanjutan agar upaya menurunkan kemiskinan benar-benar efektif. "Tentu ini progres yang meng gembirakan karena secara persentase ke miskinan kita tinggal 9,41 persen. Tapi, jumlahnya masih 25 jutaan orang," kata dia.
Menurunnya jumlah penduduk miskin dipengaruhi sembilan faktor. Salah satu faktor utamanya adalah rata-rata upah riil buruh tani dan bangunan per hari yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,93 persen dan 0,76 persen. Faktor yang tak kalah penting adalah laju inflasi nasional yang cenderung rendah. Sepanjang September 2018-Maret 2019, inflasi umum berada di kisaran 1,52 per sen.
Penyaluran bantuan beras sejahtera yang sesuai jadwal sepanjang Januari-Maret 2019 juga sangat berpengaruh menekan kemiskinan. Apalagi, beras menjadi komoditas pertama dari 10 komoditas makanan yang memiliki pengaruh besar, yakni mencapai 25,97 persen terhadap garis kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Selain beras, komoditas yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan adalah rokok keretek, telur ayam ras, daging ayam ras, mi instan, dan gula.
Garis kemiskinan merupakan batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada Maret 2019, tingkat garis kemiskinan naik 3,55 persen dari Rp 410.670 per kapita per bulan menjadi Rp 425.250 per kapita per bulan.
Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat ter batas untuk membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 di Kantor Presiden, Jakarta. Dalam rapat tersebut, Jokowi menekankan empat poin utama yang harus diperhatikan para menteri dalam menyusun RAPBN 2020.
Pengentasan masyarakat dari kemiskinan tetap menjadi salah satu program prioritas Jokowi pada pe riode kedua pemerintahannya. "Saya ingin RAPBN 2020 harus mampu me ngu rangi kemiskinan," kata Jo kowi dalam arahannya di rapat terbatas.
Agar tingkat kemiskinan terus menurun, Jokowi meminta Program Keluarga Harapan (PKH) serta Dana Desa makin tepat sasaran. "Termasuk bantuan modal untuk pengusaha-pengusaha mikro," ucap Jokowi. (rep/*).
sumber: republika.
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments