Sabtu, 23 Nov 2024

Rupiah Ditutup 0,08 Persen ke Rp14.463

Administrator Jumat, 27 Juli 2018 12:40 WIB
NASIONAL, - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (26/7/2018) , ditutup menguat 12 poin atau 0,08 persen ke Rp14.463 per dolar AS dari posisi penutupan sebelumnya Rp14.475 per dolar AS.

Rupiah melanjutkan tren "rebound" setelah dibuka menguat 38 poin atau 0,26 persen menjadi Rp14.437 pada Kamis pagi ini yang salah satunya dipicu terhentinya penguatan dolar AS.

Hal itu menyusul "kabar baik" dari kesepakatan penghilangan tarif dagang antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker.

Kesepakatan yang menandakan penurunan tensi perang dagang global tersebut mendorong reli pada aset-aset "berisiko" di dunia.

Sepanjang perdagangan Kamis ini, posisi terkuat rupiah ada di Rp14.431 per dolar AS dan terlemah di Rp14.471 per dolar AS.

Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan Bank Indonesia, menunjukkan satu dolar AS setara dengan Rp14.443, menguat 0,49 persen atau 72 poin dibanding Rabu (25/7) yang sebesar Rp14.515 per dolar AS.

Namun sepanjang hari, apresiasi terhadap rupiah kian menurun jika dibandingkan pada saat pembukaan pasar. Saat pembukaan pasar, rupiah menguat 0,26 persen dan terus melanjutkan apresiasi, namun dengan dosis penguatan yang mengecil.

Investor tampaknya masih menunggu langkah Bank Indonesia dan pemerintah untuk menangani masalah pelebaran defisit transaksi berjalan yang pada tahun ini diperkirakan melebihi 25 miliar dolar AS, naik 47 persen dibandingkan defisit transaksi berjalan 2017 yang sebesar 17 miliar dolar AS.

Bank Indonesia sudah menyatakan bahwa jika memang defisit transaksi berjalan tahun ini melebihi 25 miliar dolar AS, hal itu masih dalam rentang yang dapat dikendalikan.

"Kemarin BI menyatakan 'current account deficit' bisa lebih dari 25 miliar dolar AS tahun ini. Itu memang dianggap aman oleh BI. Namun kan pasar akan melihat dampaknya terhadap kinerja rupiah. Hal tersebut perlu tidak ditangani secara serius dan jangka panjang," kata Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji.

Sementara dari sisi eksternal, selain mesranya hubungan AS dan Uni Eropa, kebijakan fiskal ekspansif China juga telah membuat rupiah bertenaga. (Ant)
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments