Jumat, 20 Sep 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Tim Prabowo Nilai Polisi Berlebihan Tangani Demo Mahasiswa

Tim Prabowo Nilai Polisi Berlebihan Tangani Demo Mahasiswa

Administrator Sabtu, 22 September 2018 09:48 WIB
NASIONAL, -- Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menganggap tindakan polisi dalam menangani aksi unjuk rasa mahasiswa di Medan, Sumatera Utara dan Bengkulu berlebihan. 

Menurut dia, seharusnya sikap represif tidak diperlukan karena demonstrasi itu dianggap tidak mengancam keamanan.

"Saya pikir represif dan berlebihan, dan agak lebay," kata Dahnil saat ditemui di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan pada Jumat (21/9).

Dahnil mengingatkan supaya Polri tidak mengulangi tindakan seperti itu dalam mengamankan unjuk rasa mahasiswa dan elemen masyarakat lain di kemudian hari. 

Dahnil yang merupakan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah itu berpendapat di era demokrasi seperti saat ini seharusnya unjuk rasa dijadikan ajang beradu pendapat. Menurutnya, penyampaian pendapat dalam bentuk kritik tidak perlu disikapi secara berlebihan.

"Saya berulang kali mengingatkan kepada kepolisian untuk tidak represif. Demonstrasi itu biasa, apalagi di era demokrasi saat ini," ujarnya.

Aksi unjuk rasa mahasiswa berujung ricuh terjadi di Medan dan Bengkulu dalam sepekan terakhir. Sejumlah mahasiswa, masyarakat dan aparat kepolisian pun mengalami luka-luka dalam dua aksi unjuk rasa yang bertujuan untuk menyampaikan kritik terhadap kinerja Pemerintahan Joko Widodo itu.

Mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bengkulu Abdul Aziz menyatakan salah satu anggota organisasi itu, Ahmad Deka, terkena tembakan polisi dalam aksi unjuk rasa beberapa hari lalu. Bahkan menurut dia, aparat menggunakan peluru tajam dan gas air mata menghadapi para mahasiswa.

Alih-alih meminta maaf, kata Aziz, jajaran Polda Bengkulu saat ini justru menebar teror kepada kader HMI dan mahasiswa yang ikut aksi dengan tujuan agar kasus ini tidak diperpanjang dan tidak jadi melapor ke Komnas HAM. Teror itu bentuknya bermacam, mulai dari pesan singkat dan telepon gelap, hingga ada ancaman fisik.

"Untuk itu kami menuntut Kapolda Bengkulu segera dicopot. Ini sudah di luar batas, mahasiswa diperlakukan tidak manusiawi," ungkapnya.

Perlakuan di luar batas dan tidak manusiawi itu juga terlihat saat aparat membawa anjing pelacak untuk memburu beberapa peserta unjuk rasa. Aziz mengungkapkan total korban mahasiswa mencapai lima orang, namun memang Ahmad Deka yang paling parah.

Tak hanya, itu pihaknya belakangan juga menemukan fakta baru jika aksi kebrutalan polisi memakan korban anak-anak SD yang sekolahnya terkena sasaran gas air mata.

"Jadi ada sekolah SD di belakang masjid di dekat gedung DPRD yang kena sasaran gas air mata. Ada anak yang jadi korban, kita lagi kumpulkan buktinya," tuturnya. (cnn/*).
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments