Minggu, 08 Sep 2024

Efek Bumerang Aksi Boikot Produk Israel, Pengusaha RI Ketar-ketir

Administrator Kamis, 16 November 2023 09:24 WIB


NASIONAL, BISNIS, - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia, Uswati Leman Sudi mendesak pemerintah tidak terlalu lama merespon gerakan boikot produk Israel masif terhadap sejumlah produk yang disebut terafiliasi dengan gerakan agresi Israel. Uswati khawatir, jika respon terlalu lama akan berdampak terhadap tren belanja konsumen di kuartal keempat 2023.

"Jangan terlalu lama pemerintah mengambil sikap. Satu minggu bisnis bergulir, untuk kategori yang dimaksud, itu akan menggerus bisnis, sementara Pak Rey (Ketua Umum Aprindo) optimis belanja konsumen di angka 4-4,2 persen," kata Uswati dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/11).

"Kalau ini dibiarkan, objek (pertumbuhan ekonomi) pemerintah pasti tidak tercapai," imbuhnya.

Uswati menegaskan bahwa dia mendukung aksi kemanusiaan yang digerakan beberapa waktu terakhir. Di satu sisi, dia mengingatkan agar hak konsumen tidak terganggu dengan adanya seruan boikot seperti ini.

Disinggung mengenai potensi kerugian dari gerakan boikot, Uswati mengaku belum ada angka pasti. Akan tetapi, dia meyakini gerakan ini setidaknya akan berdampak di sisi hulu ataupun tengah.

"Untuk penurunan tren bisnisnya seperti apa sampai ke Hulu belum kelihatan angkanya mungkin di tengahnya sudah ada," ungkapnya.

Pengusaha Ritel Kritik Keras Fatwa MUI soal Produk Pro Israel Haram
Fatwa MUI mengenai aktivitas yang mendukung Israel dalam penyerangan Gaza Palestina dinyatakan Haram membuat sejumlah produk dihindari oleh masyarakat Indonesia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu telah mengeluarkan fatwa terbaru tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina. Oleh sebab itu, fatwa MUI menetapkan bahwa membeli produk yang mendukung Israel hukumnya haram.
 
Bisnis Ritel Terganggu
Fatwa tersebut juga berdampak pada bisnis ritel. Pasalnya, banyak produk-produk yang dinilai pro Israel diproduksi di dalam negeri, dan juga mempekerjakan tenaga kerja di Indonesia.

Menurutnya, jika permasalahan ini tidak cepat diselesaikan maka akan mengganggu produktivitas bisnis ritel, dan juga akan berpengaruh terhadap investasi, pertumbuhan ekonomi akan turun, bahkan bisa menciptakan pengangguran baru.

"Bisa kita bayangkan ketika tergerus produsennya atau supplier, maka investasi bisa hilang dan kandas. Pertumbuhan tidak bisa terjadi, bahkan yang paling enggak mau dilakukan pengusaha, yaitu pengurangan tenaga kerja atau PHK. Bagaimana mungkin kalau produktivitas turun bagaimana membayarkan tenaga kerja," katanya. sc:L6/*
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments