Kamis, 19 Sep 2024
  • Home
  • internasional
  • Kondisi Gaza Makin Mengerikan: Mayat Berserakan di Mana-mana,Bayi di Inkubator Meninggal

Kondisi Gaza Makin Mengerikan: Mayat Berserakan di Mana-mana,Bayi di Inkubator Meninggal

Administrator Jumat, 17 November 2023 07:58 WIB


DUNIA, - Serangan terbaru Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung telah menciptakan bencana kemanusiaan terburuk di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir.

Ilmuwan Palestina dan aktivis hak asasi manusia Mazin Qumsiyeh mengatakan banyak korban meninggal  tidak bisa dikuburkan. Sementara warga Gaza yang masih hidup dalam kondisi kelaparan karena tidak adanya pasokan pangan oleh blokade pasukan zionis Israel.

Ilmuwan Palestina dikutip Sputnik News mengatakan, sebanyak 2,3 juta warga Gaza meninggal karena penyakit dan kekurangan gizi akibat perang Israel di wilayah tersebut.

Militer Israel saat ini masih terus mengepung Kota Gaza secara total untuk membalas serangan pejuang Hamas yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 300 tentara dan polisi Israel serta 1.100 warga sipil tewas.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan penutupan pasokan listrik dan air serta penutupan pos-pos pemeriksaan, tidak memberikan bahan bakar, obat-obatan, dan bahkan makanan kepada penduduk.

Pasukan Pertahanan Israel telah menargetkan rumah sakit, mengklaim Hamas memiliki pangkalan bawah tanah di bawah rumah sakit tersebut.

22 Rumah Sakit 14 Fasilitas Kesehatan di Gaza Rusak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 22 rumah sakit dan 14 fasilitas kesehatan lainnya di Gaza telah rusak akibat pemboman Israel sejak saat itu.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 18 rumah sakit di daerah kantong tersebut tidak dapat beroperasi akibat tindakan Israel.

Ilmuwan Palestina Mazin Qumsiyeh mengatakan kepada Sputnik News bahwa situasi di Gaza "sangat mengerikan".

"Ada 39 bayi yang dikeluarkan dari inkubator RS Shifa," kata Qumisyeh. "Sudah tiga orang meninggal karena dikeluarkan dari inkubator yang sudah tidak berfungsi lagi karena kekurangan listrik, oksigen dan lain sebagainya. Dan mungkin sebagian lainnya akan meninggal juga," tuturnya.

Pasien kanker tidak lagi menerima pengobatan dan setidaknya delapan orang dilaporkan meninggal, sementara yang lain telah dipulangkan.

"Kami tidak tahu apakah mereka sudah meninggal. Mereka dipulangkan dari satu-satunya rumah sakit kanker di Gaza karena tidak ada lagi pengobatan yang bisa ditawarkan karena blokade obat-obatan," jelas Qumisyeh.

"Pasien dialisis sekarat karena keracunan darah, karena mesin dialisis tidak dapat beroperasi tanpa listrik," sebutnya.

Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kasus medis di mana terdapat 29.000 warga Gaza yang terluka dalam pemboman Israel dan invasi darat ke Gaza, kata ilmuwan tersebut.

Dia menambahkan selama invasi Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 sebanyak 11.800 warga Gaza telah terbunuh. "Banyak mayat di jalanan, tidak hanya di rumah sakit Shifa, tapi di mana-mana," ungkapnya.

"Yang hidup hidup di neraka dan mimpi buruk," tegas Qumisyeh.

"Bisa dibayangkan orang-orang yang terluka ini tidak bisa mendapatkan perawatan medis lagi. Mereka tidak bisa menjalani operasi, bahkan obat penghilang rasa sakit pun tidak bisa. Mereka tidak bisa mendapatkan bantuan medis normal," sebutnya.

Israel Putus Pasokan Air

Situasi itu diperparah dengan keputusan Israel untuk memutus pasokan air ke Gaza, tambahnya.

"Air sangat, sangat tercemar, dan beberapa orang bahkan mencoba meminum air laut dengan cara yang berbahaya," kata Qumisyeh.

"Untungnya sehari yang lalu, hujan turun di Gaza dan beberapa orang bisa mengambil air," sebutnya.

Tapi dia juga menyebutkan, bencana kelaparan mulai terjadi dan warga yang kekurangan gizi telah menyebabkan penyebaran penyakit di Gaza, termasuk menyebarnya penyakit kolera.
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments