- Home
- internasional
- Wawancara Dokter Wuhan Sebelum Meninggal karena Virus Corona
Wawancara Dokter Wuhan Sebelum Meninggal karena Virus Corona
Minggu, 09 Februari 2020 16:34 WIB
DUNIA, KESEHATAN, - Dokter Wuhan bernama Li Wenliang adalah orang yang pertama kali memperingatkan virus Corona baru yang kini telah membunuh 700 lebih orang.
Li Wenliang, dokter mata di sebuah rumah sakit di Wuhan, meninggal pada 7 Februari pukul 2.58 pagi di Rumah Sakit Wuhan, menurut laporan Reuters.
Li, yang berusia 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus mirip Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus.
Li sempat ditahan oleh kepolisian. Sebuah surat kepada Li yang dikeluarkan oleh biro kepolisian Wuhan pada 3 Januari mengatakan bahwa dia telah mengganggu ketertiban sosial dengan pesan-pesan WeChat-nya.
Dia diminta untuk menandatangani surat itu sebagai janji untuk segera menghentikan perilaku ilegal tersebut, dan jika dia menolak untuk patuh, dia akan menghadapi tuntutan pidana.
Kematian dokter 34 tahun memicu curahan kesedihan sekaligus kemarahan di media sosial, dengan banyak pengguna media sosial menuntut permintaan maaf dari pihak berwenang kepada Dr. Li dan keluarganya.
Beberapa hari sebelum Li meninggal, New York Times sempat mewawancarai Li. Pekan lalu, Elsie Chen, seorang peneliti yang bekerja sama dengan koresponden New York Times Chris Buckley dan Steven Lee Myers, mewawancarai Dr. Li.
Dia tertular virus dari seorang pasien dan dirawat di rumah sakit ketika Chen mewawancarainya pada 31 Januari dan 1 Februari, melalui platform media sosial WeChat.
Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus.
Dalam wawancara yang diterbitkan New York Times, 7 Februari 2020, Li mengaku dirinya tertular ketika pasien yang dia kontak dengan keluarganya terinfeksi, dan dia tertular setelahnya.
"Jadi saya menemukan virus sangat menular. Pasien tidak memiliki gejala, jadi saya lalai," katanya.
Li menduga virus baru tersebut bisa menular dari manusia ke manusia, karena sudah ada pasien yang dirawat di bawah karantina pada Desember.
Li mengaku sempat ada diskusi dengan rekan-rekan dokternya terkait virus pneumonia misterius.
"Itu mungkin SARS kembali. Kami harus siap secara mental. Ambil tindakan perlindungan," kata Li.
Dia juga mengatakan situasinya akan lebih baik jika para pejabat mengungkapkan informasi tentang epidemi sebelumnya. "Harus ada lebih banyak keterbukaan dan transparansi."
Li mengatakan polisi percaya virus ini tidak dikonfirmasi sebagai SARS. Kepolisian, kata Li, menuduh saya menyebarkan hoaks. "Mereka meminta saya untuk mengakui bahwa saya bersalah. Saya merasa dianiaya, tetapi saya harus menerimanya. Jelas saya telah bertindak atas niat baik. Saya merasa sangat sedih melihat begitu banyak orang kehilangan orang yang mereka cintai."
Li juga menceritakan kenapa dia memilih jadi dokter. "Saya pikir itu adalah pekerjaan yang sangat stabil. Akhir-akhir ini, hubungan pasien-dokter memburuk. Saya senang selama pasien saya puas dengan perawatan mereka."
"Anak saya yang lebih tua berumur 4 tahun dan 10 bulan. Yang lebih muda masih belum lahir, karena pada bulan Juni. Saya merindukan keluarga saya. Saya berbicara dengan mereka melalui panggilan video."
Li sendiri mengaku mulai batuk pada 10 Januari dan mengatakan perlu waktu 15 hari untuk memulihkan diri. Tetapi Li bertekad tetap bergabung dengan petugas medis dalam memerangi epidemi virus Corona karena dia merasa itu adalah tanggung jawabnya.
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments