Lebih Dekat dengan BBM Jenis LSFO V-1250, Inovasi Pertamina Produksi Andalan PT KPI RU II Sei Pakning yang Diminati Pasar Mancanegara
antaranusa123 Sabtu, 23 Juli 2022 14:18 WIB
Tak hanya itu, mereka pun tidak bakalan menemukan BBM jenis ini, kenapa? Ya, karena bahan bakar ini diperuntukan buat kapal notabene ditemui di SPBU, misalnya.
Dikutip dari bisnis.com, edisi Jumat (22/4), ua, sesuai dengan namanya low sulphur fuel oil (LSFO), BBM ini mengandung sulfur atau belerang hanya 0,5%. Tingkat kandungan sulfur itu sesuai dengan yang dipersyaratkan International Maritime Organization (IMO) dan mulai berlaku sejak 1 Januari 2020 untuk kapal-kapal yang berlayar di seluruh dunia.
Sementara itu, Indonesia menerapkannya lebih awal, yaitu sejak Oktober 2019 untuk seluruh kapal yang berlayar di perairan Indonesia.
Produk bahan bakar kapal yang dihasilkan dari Kilang Pertamina mulai yang ada di Dumai, Sei Pakning, Balikpapan, Plaju dan lainnya ini banyak dicari oleh konsumen luar negeri karena kandungan sulfurnya rendah. Hal itu sejalan dengan upaya transisi menuju energi hijau yang terus digaungkan oleh dunia internasional.
Bahan bakar kapal laut yang ramah lingkungan itu menjadi penggerak bagi mesin utama kapal dengan putaran rendah.
Sebelum aturan ini, sulfur di dalam minyak kapal bisa mencapai 3,5%. Pengurangan 3% sulfur ini diperkirakan bisa mengurangi emisi dari gas buang mesin kapal hingga 77%.
Dengan begitu diharapkan dampak negatif sulfur atau belerang pada kesehatan manusia, terutama yang tinggal dekat pantai atau perairan dengan lalu lintas kapal bisa dikurangi.
Diketahui, sulfur oksida yang dilepaskan ke udara sebagai gas buang dapat menjadi pemicu hujan asam bila bereaksi dengan uap air. Sulfur oksida dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, menyebabkan batuk, sesak napas, dan asma.
Lantas, seperti apa produk BBM kapal ramah lingkungan yang diproduksi dari Kilang Pertamina?
Humas KPI Ely Chandra Peranginangin menjelaskan bahwa bahan baku untuk pembuatan LSFO V-1250 berasal dari residu atau ampas dari fraksi-fraksi penyulingan minyak mentah di kilang.
"Penerimaan pasar luar negeri terhadap produk yang dihasilkan kilang Pertamina adalah bukti bahwa produk kita memiliki standar internasional," kata Chandra.
Dengan kecenderungan permintaan yang kian bertambah, Pertamina akan melakukan pengiriman ke luar negeri setiap bulan.
Tak hanya Kilang Pertamina RU II Dumai dan Sei Pakning, PT KPI RU V Balikpapan, PT KPI Refinery Unit III Plaju (Kilang Pertamina Plaju) juga mulai mengekspor produk Marine Fuel Oil (MFO) rendah sulfur.
Dengan kualitas produk yang telah memenuhi standar IMO, produk MFO Low Sulphur 180 centistoke (cSt) ini mampu bersaing untuk memasuki pasar internasional dan siap berkontribusi dalam keberlangsungan sistem distribusi energi, jasa, dan komoditas dalam sektor maritim.
LSFO sendiri merupakan bahan bakar kapal yang telah memenuhi regulasi Marine Polution serta peraturan Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Laut – Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, yaitu memiliki kekentalan atau viskositas hingga maksimal 180 centistokes (cSt) pada temperatur 50°C. Bahan bakar ini digunakan pada industri perkapalan yang menggunakan mesin diesel putaran rendah dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum 0.5%.
Selain itu, kewajiban penggunaan bahan bakar low sulfur ini tertera pada Surat Edaran Dirjen Perhubungan Laut No. SE 35 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Bahan Bakar Low Sulfur dan Larangan Mengangkut atau Membawa Bahan Bakar yang Tidak Memenuhi Persyaratan serta Pengelolaan Limbah Hasil Resirkulasi Gas Buang dari Kapal.
Hal tersebut juga didukung dengan diterbitkannya SK Dirjen Migas No. 0179.K/DJM.S/2019 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Marine Fuel Oil (MFO) rendah Sulfur yang dipasarkan di dalam negeri.
Oleh karena sebagai wujud kehandalan kilang dan bentuk komitmen untuk turut mengurangi polusi udara terutama dari penggunaan bahan bakar kapal, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning berhasil memproduksi dan mengeksport perdana produk Low Sulphur Fuel Oil (LSFO), Minggu (17/07).
Sebanyak 200 Mega Barrel (MB) produk bahan bakar kapal ramah lingkungan, LSFO V-1250, berhasil diproduksi dan dikapalkan menggunakan MT. Sanggau dengan tujuan ekspor ke Malaysia.
Menyoali LSFO V-1250 Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI RU II, Nurhidayanto, mengungkapkan bahwa produksi LSFO V-1250 juga sejalan dengan misi PT KPI dalam menjalankan bisnis kilang minyak dan petrokimia dengan tetap berwawasan lingkungan.
"Selain bentuk kepatuhan terhadap peraturan, produksi LSFO V-1250 ini juga merupakan wujud partisipasi PT KPI RU II Dumai-Sei Pakning dalam upaya mengurangi polusi yang timbul dari penggunaan bahan bakar kapal," ujarnya.
Berdasarkan studi yang disampaikan pada _IMO's Marine Environment Protection Committee_ (MEPC) di Finlandia tahun 2016, polusi udara dari bahan bakar kapal diproyeksi menambah 570.000 kematian prematur di seluruh dunia selama lima tahun bila kandungan sulfur tidak dibatasi.
"Produksi LSFO V-1250 ini menandakan kilang PT KPI Sei Pakning termasuk kilang yang fleksibel dalam memproduksi berbagai macam produk dan menjawab tantangan untuk bisa menghasilkan valuable product," tutur Manager Production Sei Pakning, Antoni R Doloksaribu.
"Kami harap akan semakin banyak inovasi yang diciptakan oleh perwira dan pertiwi PT KPI RU II sehingga dapat memaksimalkan potensi kilang Dumai dan Sei Pakning dalam membuat produk-produk yang bernilai tinggi di pasaran," terang Nurhidayanto.
Dapat disimpulkan bahwa BBM jenis LSFO V-1250 merupakan wujud kepudulian Pertamina terhadap lingkungan terlebih BBM ramah lingkungan.
Selain LSFO V-1250 PT KPI RU II Dumai-Sei Pakning juga telah berhasil memproduksi Pertadex 50 ppm pada tahun 2021 lalu. Selain itu, kilang Dumai dan Sei Pakning juga berhasil memproduksi perdana produk Pertamax, High Speed Diesel (HSD) 50 ppm, dan Green Diesel (D100).
Ya, sebagai perusahaan kelas dunia, Pertamina sudah barang tentu harus memenuhi tuntutan atau standar internasional maupun pasar global salah satunya care dengan lingkungan menjadi acuan perusahaan.
Dengan adanya pemaparan singkat notabene menambah wawasan pembaca pembaca, salah satunya bahwa banyak jenis BBM yang dihasilakan Pertamina tak semata-mata dikenal umum se;erti yang ada di SPBU. Semoga bdermanfaat.(yon)