Senin, 14 Jul 2025
  • Home
  • business
  • Dari Manila ke CUHK: Kisah Mahasiswa yang Menantang Jalur Pendidikan Konvensional

Dari Manila ke CUHK: Kisah Mahasiswa yang Menantang Jalur Pendidikan Konvensional

Administrator Minggu, 13 Juli 2025 16:01 WIB

HONG KONG SAR - Sejak kecil, Charles Henry Faustino Tan terbiasa melakukan perjalanan keluarga ke Hong Kong. Namun, ia tak pernah membayangkan bahwa suatu hari kota tersebut akan menjadi rumah keduanya.

Kini, sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan Professional Accountancy di The Chinese University of Hong Kong (CUHK), kisah Charles mencerminkan tren baru di kalangan pelajar Asia Tenggara yang mulai melirik alternatif di luar destinasi pendidikan Barat yang konvensional.

Menembus Pakem Tradisional

Perjalanan Charles ke CUHK dimulai secara tidak terduga. "Ibu saya yang pertama kali menemukan CUHK saat kami mencari universitas," kenangnya. "Saat itu, saya sendiri belum tahu banyak tentang peringkat atau reputasinya." Apa yang awalnya hanya sekadar aplikasi cadangan, justru menjadi pilihan yang mengubah hidup. Charles tertarik pada keunikan CUHK-mulai dari sistem kolese hingga kampus hijau yang luas. Ceritanya mencerminkan pergeseran orientasi di kalangan pelajar masa kini yang tidak lagi terpaku pada peringkat universitas, melainkan mencari pengalaman pendidikan yang lebih holistik.

Mendefinisikan Ulang Pendidikan Profesional

Pengalaman Charles juga menantang anggapan umum tentang studi akuntansi. "Banyak orang, termasuk saya sendiri dulu, berpikir bahwa Professional Accountancy hanya soal matematika bisnis," ujarnya. "Padahal, ini sebenarnya adalah bahasa internasional, bahkan bisa dianggap sebagai bentuk seni." Pandangan ini mencerminkan evolusi pendidikan profesional di Asia, di mana peran tradisional akuntan yang hanya fokus pada angka kini berkembang menjadi posisi strategis dalam dunia bisnis.

Pembelajaran di Luar Ruang Kelas

Melalui program Co-op@CUHK, Charles memperoleh pengalaman langsung di industri sebagai Financial Planning and Analysis Trainee di salah satu perusahaan ritel mobil ternama di Hong Kong. Pengalaman ini mengajarkannya bagaimana menerapkan teori akademik ke situasi bisnis nyata, dari analisis pasar hingga pelaporan keuangan.

"Yang paling membekas adalah ketika saya menyadari bahwa konsep akademik kami benar-benar digunakan untuk mengambil keputusan bisnis bernilai jutaan dolar," ungkapnya. Awalnya, ia khawatir akan hambatan bahasa karena lingkungan kerja yang didominasi penutur bahasa Kanton. "Bahasa memang jadi tantangan," aku Charles. "Namun justru itu membuka peluang untuk mengasah keterampilan komunikasi lintas budaya yang sangat penting di dunia kerja global saat ini."

Kemampuan teknis dan adaptasinya pun akhirnya lebih diapresiasi ketimbang kemampuan bahasa. "Atasan saya lebih tertarik pada cara berpikir analitis saya dan perspektif baru yang saya bawa," tambahnya. Magang ini bukan hanya memperkaya keterampilan profesionalnya, tapi juga memberinya gambaran nyata tentang dunia kerja di sektor bisnis Hong Kong yang dinamis, sebuah pengalaman yang kini membentuk arah kariernya.

Menjadi Jembatan Antarbudaya

Kini di semester terakhir, Charles juga memegang peran tak terduga sebagai duta budaya. Ia menyadari masih minimnya kesadaran akan CUHK di Filipina. "Banyak yang berpikir bahwa kuliah di luar negeri itu pasti ke Barat," jelasnya. "Padahal, Hong Kong menawarkan perpaduan unik antara budaya Timur dan Barat, serta letaknya dekat dengan rumah-hanya 2,5 jam perjalanan."

Charles pun aktif memperkenalkan budaya Filipina di kampus melalui kegiatan seperti Filipino Night Market yang diselenggarakan bersama organisasi mahasiswa Filipina. Acara ini mencerminkan semangat internasional CUHK, di mana mahasiswa dari seluruh Asia dan dunia berbagi warisan budaya sekaligus membangun persahabatan lintas negara.

Kehidupan Kampus yang Tak Biasa

Kampus CUHK yang luas, sebuah kemewahan langka di Hong Kong yang padat, telah membuka berbagai peluang tak terduga untuk membangun komunitas. "Saya pernah melihat babi hutan, ular, bahkan monyet di kampus," kata Charles sambil tertawa. "Rasanya seperti kebun binatang mini." Pengalaman unik ini, dipadukan dengan sistem kolese yang khas, menciptakan lingkungan hidup dan belajar yang berbeda dari institusi pendidikan lain di Asia.

Seiring meningkatnya minat mahasiswa Asia Tenggara terhadap destinasi pendidikan alternatif, kisah seperti Charles menjadi bukti perubahan lanskap pendidikan tinggi global. Pengalamannya menunjukkan bahwa masa depan pendidikan internasional tidak lagi harus memilih antara Timur dan Barat, melainkan menemukan tempat di mana keduanya menyatu dengan harmonis.

Keterangan Foto: Charles berpidato di hadapan sesama mahasiswa dan mitra industri pada Upacara Pembukaan Tahunan Co-op@CUHK 2025

The issuer is solely responsible for the content of this announcement.
T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments