Kerap Disebut Rusak Hutan, CPO 'Cuma' Sumbang 1% Deforestasi
Senin, 04 Februari 2019 20:34 WIB
NASIONAL, - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menerima kunjungan Ketua Satgas Kelapa Sawit The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Erik Meijaard di kantornya, Senin (4/2/2019).
Dalam kesempatan itu, Erik menyampaikan studi terkait kelapa sawit (termasuk turunannya dalam bentuk CPO) dan dampaknya kepada keanekaragaman hayati.
Dalam keterangan pers seusai pertemuan, Erik menekankan semua pihak memandang kelapa sawit dalam konteks Sustainable Development Goals (SDG's). Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk melihat dampak CPO terhadap poin-poin SDG's.
Menurut Erik, ada proyeksi kebutuhan minyak nabati termasuk CPO sebanyak 310 juta ton di 2050. Saat ini produksi baru sekitar setengahnya. Dari semua minyak nabati, Erik menyebut CPO yang paling produktif.
"Jadi jika Anda ingin melarang CPO, Anda harus sangat berhati-hati," kata Erik.
Menurut dia, ada banyak pemahaman yang keliru terkait perkebunan kelapa sawit. Kebanyakan berupa retorika emosional yang tidak sesuai fakta. Studi IUCN menunjukkan perkebunan kelapa sawit menyebabkan kurang dari 1% deforestasi global
"Perdebatan terkait CPO sangat emosional dan sangat memecah belah," ujar Erik.
Darmin mengatakan, IUCN melakukan studi yang sangat diharapkan seimbang. Tidak menjelek-jelekkan kelapa sawit tapi memberikan banyak dampak positif dan negatif bagi konsumsi minyak nabati dunia.
"CPO paling produktif dalam menghasilkan minyak nabati. Untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati, kelapa sawit hanya butuh 0,26 hektare lahan, tapi minyak bunga matahari butuh 1,43 hektare lahan.
Minyak kedelai bahkan butuh 2 hektare lahan. Jadi butuh lahan sampai 8-9x lipat lebih luas bagi tanaman lainnya untuk hasilkan 1 ton minyak nabati dibanding kelapa sawit," kata Darmin.
Studi ini, menurut dia, bukan hanya berbicara soal perimbangan minyak nabati yang satu dengan yang lain, tapi juga bicara lingkungan dan keanekaragaman hayati yang lain.
"Saya kira studi ini suatu permulaan yang bagus untuk kemudian melahirkan pemahaman yang lebih baik dari berbagai pihak yang dewasa ini ada upaya melakukan kampanye-kampanye yang tidak benar atau seluruhnya benar," ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono mengatakan studi ini akan memberikan referensi kepada banyak pihak. Apalagi CPO banyak dikaitkan dengan deforestasi.
"Apabila publik banyak membaca studi ini global market, terutama bisa mendapat pemahaman yang lebih baik," ujar Joko. (CNBC/*).
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments