Oleh: Ari Yuliasril

HISTORI, - Tradisi merantau telah membentuk karakter dan cara berpikir masyarakat Minangkabau. Di tengah perjalanan panjang dan rasa sepi di perantauan, lagu daerah menjadi teman sekaligus pengingat kampung halaman. Melalui lagu, orang Minang menyalurkan kerinduan, membangun identitas, dan mempertahankan ikatan emosional dengan tanah asalnya.

Lagu seperti "Taragak Pulang" menggambarkan kerinduan seorang perantau yang menunggu hari kepulangan. Di setiap baitnya, terselip pesan bahwa merantau bukanlah melarikan diri, tetapi mencari pengalaman untuk kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Sementara itu, "Kampuang Nan Jauh di Mato" menjadi semacam doa, sebuah percakapan batin antara individu dan tanah kelahirannya.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana musik Minang berfungsi sebagai cultural memory, media untuk mengikat generasi dan mempertahankan identitas. Dalam komunitas perantau, lagu daerah sering dinyanyikan saat pertemuan atau pesta adat di rantau, menciptakan suasana emosional yang mendalam. Bait-baitnya seolah menjembatani jarak ribuan kilometer antara rantau dan nagari.

Selain tema rindu, lagu-lagu Minang juga menampilkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. "Sikumbang Jantiang Hati" atau "Bapisah Bukannyo Bacarai" memperlihatkan perasaan manusiawi yang universal: cinta, kehilangan, dan harapan. Melodi minor yang mendayu-dayu memperkuat nuansa sendu yang khas, seolah seluruh lanskap Minangkabau ikut bernyanyi bersama.

Sebagai bagian dari tradisi lisan, lagu Minang juga menjadi sarana edukasi sosial. Ia menanamkan nilai-nilai seperti hormat pada orang tua, kesetiaan, dan tanggung jawab sosial. Maka, setiap lagu daerah Minangkabau adalah arsip hidup, penjaga sejarah batin masyarakat Minang di tengah perubahan zaman. **