Sabtu, 23 Nov 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Move On Melalui Program CSR Pertamina, Buruh LS Itu pun jadi Dosen Terbang

Move On Melalui Program CSR Pertamina, Buruh LS Itu pun jadi Dosen Terbang

antaranusa.com Rabu, 28 Agustus 2019 06:02 WIB

Suryanto sedang melakukan panen jamur tiram putih di kumbung (tempat pembudidayaan jamur) miliknya beberapa waktu lalu. (istimewa)

          Berawal ingin menambah penghasilan membawa pria ini menggeluti budidaya jamur tiram putih. Kerjakeras  dan sentuhan PT Pertamina (Pesero) RU II melalui program Corporate Social Responibility (CSR) asa nya  pun tergapai. Tak hanya materi, kepuasan batin pun ia peroleh. Apa itu? Berikut kisahnya.

          KENDATI berada agak menjorok ke dalam. Namun, tidaklah terllau sulit mencari kediaman Suryanto (42),  Jalan Budi,  RT 9 Kelurahan Tanjung Palas Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai Provinsi Riau itu. Begitu  yang dirasakan antarnusa.com saat mengunjungi  kediaman sederhananya, Ahad (25/8). Tinggal sebut saja  namanya, warga setempat langsung menjawab. "O, petani jamur itu ya? Rumahnya dua gang dari sini pak?"

        Menyebut nama Suryanto, seolah-olah mengingatkan warga sekitarnya tentang sosok lelaki yang  sukses menggeluti budidaya jamur tiram putih.

        Sayang tidak banyak yang tahu, apa yang diperoleh Suryanto bukanlah semudah membalikkan telapak  tangan. Ditemui di rumahnya, lelaki ramah itu menuturkan sepenggal cerita-nya bagaimana dia 'telempar' untuk menggeluti budidaya seputar jamur itu.
keterangan photo : Para tetangga sekitar rumah Suryanto juga kecipratan rezeki melalui kegiatan membuat baglog media tempat bibit jamur. (photo/istimewa)

         Di ruang tamu sederhananya itu, Suryanto pun mengisahkan perkenalan dengan jamur yang pada  akhirnya membawa dia menjadi lelaki terbilang sukses dengan penghasilan yang luar biasa untuk seorang petani jamur.

         Suryanto menuturkan,  suatu hari dibulan Maret 2011, ia baru saja tiba di rumah sederhananya. Ayah dua anak ini baru pulang bekerja. Sehari-hari dia pekerja Labour Suplay (LS) di Kilang Putri Tujuh, Pertamina RU II Dumai, tak jauh dari kediamannya yakni sekitar 300 meter dari tembok beton yang mengelilingi kilang. Ya, kediamannya dikenal dengan sebutan ring I karena berdekatan dengan kilang pengolah Migas tersebut, ada pula daerah warga yang disebut ring II dan seterus-nya.

         Tak lama berselang, pria bertubuh gempal ini kembali menstater motor menuju arah Tanjung Palas Ujung, tak jauh dari areal kilang kebanggaan nasional, Putri Tujuh. Dia bersama lima rekannya mencari kayu di Kawasan sungai dan warga setempat menyebut-nya daerah Parit Paman.

        Usai kayu didapat, diangkut ke rumah. Selain kayu, Suryanto dan kelompoknya juga mencari nipah. O, rupa-rupanya mereka akan membangun kumbung -bangunan untuk pembudidayaan jamur tiram putih-.

         Usai magrib, istrinya Nur dan sejumlah ibu-ibu mulai menganyam daun nipah untuk dijadikan dinding dan atap kumbung. Tingginya semangat mereka membuat pekerjaan itu terasa ringan. Sebelumnya, anggota  Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Usaha Berkah yang diketuai Suryanto mengeluarkan Rp100 ribu per orang sebagai modal  awal usaha mereka.

          Pucuk dicinta ulam pun tiba, kelompoknya mendapat bantuan dana hibah sebesar Rp5 juta dari  Pertamina RU II Dumai. Selain membangun kumbung, dana itu juga dialihkan untuk modal pembuatan baglog -media tempat tumbuh jamur-. Suryanto begitu semangat lantaran dia ingin mengaplikasikan ilmu pelatihan yang diperolehnya melalui pembinaan PNPM Mandiri Perkotaan.

        Berkat ketekunanannya, usaha itu pun maju pesat. Sekarang ini, kelompok itu memiliki tiga kumbung yang semuanya berada di areal tanah milik Suryanto.

        Kegigihan Suryanto berbuah manis, melalui program CSR Pertamina RU II Dumai, ia mendapatkan bantuan lagi, yakni bantuan 5000 baglog. Usahanya pun menampakkan hasil, dari hasil penjualan jamur tiram putih itu Suryanto bisa menghasilkan pendapatan rata-rata Rp10 juta per bulannya. Keberuntungan selalu menaunginya. Paling tidak, dari baglog itu bisa dikatakan tidak ada yang gagal penanaman jamur nya.

         "Untuk perharinya kita bisa memanen kadang-kadang sekitar 15 kilo tidak tentu juga, kadang di bawah 15 Kg ada juga, dan 1 kilo kita jual sekitar Rp50 ribu. Ya,  alhamdulilah," katanya .

  Masih tutur Suryanto, dengan memiliki 2 kumbung yang berisikan sekitar 6 ribuan bibit Suryanto bisa panen 15 kg/ hari. Namun kalau cuaca panas rata-rata 10 kg/ hari.

        Naluri bisnis terbilang jempolan. Untuk meningkatkan pendapatan, dia pun melakukan inovasi. Alih-alih jamur tiram itu tak hanya dijual mentah. Namun diolah dalam bentuk makanan kecil, jamur krispi. "Kita jual Rp100 ribu perkilo," tukasnya.

        Suryanto pun maklum bahwa kemampuan ekonomi antara satu warga lainnya berbeda. Dengan kata lain, bagi sebagian orang harga Rp100 ribu mungkin terasa berat.

         "Ya, kita jual juga dengan eceran Rp12000 per satu ons, biar harganya terjangkau oleh kebanyakan orang," katanya.

        Para pembeli tidak hanya dari Dumai, bahkan ada yang berasal dari luar kota. Lazimnya jaman now, Suryanto pun memanfaatkan Media Sosial (Medsos) untuk mempromosikan produknya.

       Tidak hanya menjual jamur tiram putih, Suryanto dan kelompoknya juga memproduksi  baglog. Media tumbuh jamur ini dihargai Rp5.000 per satu baglog-nya. "Pembelinya selain wilayah Kota Dumai juga dipasarkan hingga Batu Panjang-Pulau Rumat, Sei Pakning dan Duri," terangnya.

        Berkah jamur tiram putih itu, tak hanya dinikmati kelompk itu. Namun tetangga sekitar pembudidayaan jamur juga kecipratan rezeki. Seperti, Asminar dan kawan-kawannya, dari kegiatan memasukan serbuk kayu, tepung jagung dan bahan lainnya ke baglog untuk tumbuh jamur, dia memperoleh upah Rp300 per baglog.

   "Lumayan hasilnya bisa untuk jajan anak dan beli beras," kata Asminar.

        Kendati secara ekonomis, keuntungan dari hasil penjualan baglog terbilang tipis. Namun tetap dilakukannya demi membantu orang-orang mulai merintis usaha itu.

      "Kalau dari 1000 baglog itu saya usahakan sendiri, tidak jual. Namun banyak yang menelpon saya untuk bisa membeli baglog saya, karena mereka kerap gagal menggunakan yang lain. Ya, saya hanya ingin membantu mereka, agar bisa berhasil juga," ujarnya.

          Tak hanya materi, dari hasil usaha ini, kepuasan batin pun diraihnya. Suryanto pun menjadi dosen terbang, dia kerap dipanggil dalam sejumlah acara pelatihan pembudidayaan jamur tiram putih untuk memberi materi seputar keberhasilannya mengembangbiakan tanaman yang tidak sembarangan bisa dibiak-kan itu.

          Suryanto memang beruntung dan langka bisa membiakkan jamur itu, dan CSR Pertamina RU II pun menjadi pembangkit asa dan penyelamat membantu modal pembiayaan bagi seorang buruh lepas itu mewujudkan usaha budidaya-nya.

        Selain Dumai dia juga pernah ke Jambi dan Aceh memberikan materi seputar pembudidayaan jamur tiram putih tersebut.

  "Melalui Dinas Pertanian Kota Dumai beberapa waktu  lalu saya diminta berbagi pengalaman ke Jambi, termasuk berapa wilayah lainnya di Dumai," tukas Suryanto tersenyum penuh makna.

         Akan tetapi, lanjut dia, banyak yang bertanya berapa tarif  untuk menjadi pembicara. "Saya tidak menentukan tarif, terserah yang ngundang. Mereka sukses menjadi petani jamur saja saya sudah senang," terangnya.

         Menyoali bantuan CSR Pertamina, Suryanto mengakui sangat berarti untuk kelompoknya. Suryanto berharap kedepannya Pertamina memberi bantuan SDM dulu sebelum mengucurkan dana.

       "Ini penting untuk kelompok baru," sarannya.

        Menyusul keberhasilan Suryanto dan kelompoknya itu, bagian CSR PT Pertamina (Pesero) RU II Dumai, Kevin Kurnia mengatakan bahwa bantuan itu merupakan bentuk kepedulian PT Pertamina terhadap masyarakat terlebih yang berdomisili disekitar kawasan Kilang Pertamina.

      "Ini sesuai dengan tujuan CSR Pertamina," katanya.

        Masih kata dia, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Hal ini sesuai Peraturan Menteri BUMN No.8 tahun 2013 tentang perubahan keempat atas Peraturan Menteri BUMN No.5 tahun 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.

        Dijelaskan Kevin, program kemitraan disalurkan guna mendukung peningkatan pemodalan usaha. Nantinya bantuan yang disalurkan berupa pinjaman bergulir. Program ini dikhususkan bagi mereka yang sudah memiliki sebuah unit usaha, sehingga bantuan akses permodalan ini disalurkan secara selektif.

        Keberhasilan Suryanto menjadi bukti terbantahkan bahwa kilang Putri Tujuh milik Pertamina RU II Dumai ramah lingkungan- termasuk kilang-lilang lainya di tanah air.

       Paling tidak, tumbuhan jamur yang dikenal sensitif terhadap iklim termasuk polutan tetap menghasilkan panen yang melimpah tidak jauh dengan wilayah berhawa dingin atau sejuk yang konon menjadi tempat ideal tumbuh kembang produk pertanian itu. (Muhammad Nizar).

T#gs Program CSR Pertaminajamur tiram suryanto
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments