Jumat, 22 Nov 2024
  • Home
  • antaranusa
  • Siap-siap, Gejolak Rupiah Akan Lebih Besar di Kuartal II-2018

Siap-siap, Gejolak Rupiah Akan Lebih Besar di Kuartal II-2018

Administrator Kamis, 12 April 2018 09:28 WIB
Jakarta, - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih akan terus berlanjut hingga kuartal II-2018. Namun, Bank Indonesia (BI) telah bersiap siaga melakukan upaya stabilisasi apabila rupiah terlempar jauh dari fundamentalnya.

Gubernur BI Agus Martowardojo memperkirakan pergerakan mata uang Garuda masih akan mengalami tekanan selama periode April-Juni. Ada beberapa alasan yang menyebabkan rupiah mengalami tekanan selama periode tersebut.

Pertama, dari siklus peningkatan kebutuhan valuta asing. Selama tiga bulan ke depan, perusahaan-perusahaan asing akan memberikan dividen ke prinsipal negara asalnya, yang pada akhirnya membuat permintaan valuta asing di pasar keuangan domestik meningkat.

Kedua, dari kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve/ The Fed. Meskipun pelaku pasar sudah memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali tahun ini, kenaikan itu tetap saja akan memberikan tekanan terhadap rupiah sekecil apapun.

"Siklusnya kita sama-sama tahu. Di kuartal II itu ada kewajiban bayar ke luar negeri. Kami dengar, AS juga akan menaikan FFR [Fed Fund Rate] sampai tiga kali, dan diperkirakan Juni-Desember 2018," kata Agus.

BI pun telah mengambil ancang-ancang untuk melakukan upaya stabilisasi, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Upaya ini untuk merespons adanya tekanan berlebih terhadap mata uang Garuda dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam jangka pendek, BI menegaskan akan senantiasa berada di pasar, melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) maupun secara dual intervention di pasar valuta asing dan pasar obligasi. BI pun akan meyakinkan investor bahwa ekonomi Indonesia dalam kondisi stabil.

Adapun dalam jangka menengah-panjang, langkah stabilisasi rupiah yang akan ditempuh bank sentral adalah upaya pendalaman pasar valas, anjuran kewajiban hedging, sampai dengan kewajiban transaksi perdagangan dan investasi menggunakan rupiah.

"Juga kehati-hatian pengelolaan utang luar negeri korporasi, serta mandatory [kewajiban] penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri," kata Deputi Gubernur terpilih Dody Budi Waluyo.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama kuartal I-2018 terdepresiasi hingga 1,41%. Pada tiga bulan pertama, rupiah secara rata-rata berada di kisaran Rp 13.760/US$. (*).
sumber: CNBC Indonesia 
T#gs Gejolak Rupiah
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments