Sebanyak 19 grup gasing dari empat kecamatan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rinciannya, 15 tim dari Kecamatan Bengkalis, 3 tim dari Kecamatan Bantan, serta masing-masing 1 tim dari Kecamatan Siak Kecil dan Rupat.

Menurut Aswandi, kehadiran para peserta dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa permainan tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat, meskipun tantangan globalisasi semakin besar.

"Permainan gasing bukan sekadar kompetisi. Ia adalah ekspresi budaya, memori kolektif, dan simbol identitas Melayu yang harus kita jaga. Pemerintah Desa Pedekik berkomitmen memberi ruang bagi tradisi agar tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda," ujar Aswandi.

Pj Kades menilai, pelestarian budaya tidak cukup hanya melalui retorika, tetapi membutuhkan program nyata, partisipasi masyarakat, serta konsistensi lintas sektor. Karena itu, ia mendorong agar lomba gasing dijadikan agenda tahunan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga edukasi budaya.

Ia menambahkan bahwa kompetisi seperti ini berpotensi memperkuat kohesi sosial antardesa, sekaligus membuka ruang dialog budaya yang lebih luas di tingkat lokal.

"Melalui kegiatan ini, kita tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa kebudayaan adalah bagian dari ketahanan sosial kita. Semakin kuat budaya dijaga, semakin tangguh masyarakat menghadapi perubahan," ujarnya.

Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesra Andris Wasono, Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Johansyah Syafri, Kepala Dinas Sosial Paulina, Kepala Dinas Perkimtan Supardi, Sekretaris Bappeda Syahrudin, Kabag SDA Burhanudin, Camat Bengkalis Taufik Hidayat, para peserta, serta tamu undangan lainnya.

Jika Anda ingin versi lebih pendek, lebih formal, lebih akademik, atau lebih menonjolkan kutipan Pj Kades, tinggal beri tahu.(Ndi)