Selasa, 20 Mei 2025
  • Home
  • Nasional
  • Suhu Panas Ekstrem di Indonesia hingga 37,2 Derajat, Ini Kata BMKG

Suhu Panas Ekstrem di Indonesia hingga 37,2 Derajat, Ini Kata BMKG

Administrator Senin, 12 Mei 2025 09:44 WIB

NASIONAL, - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara tertinggi di Indonesia dalam 24 jam terakhir mencapai 37,2 derajat Celsius. Suhu ini terpantau di Stasiun Meteorologi Iskandar, Kalimantan Tengah, pada periode pengamatan Kamis (8/5/2025) pukul 07.00 WIB hingga Jumat (9/5/2025) pukul 07.00 WIB.

Catatan suhu tersebut menjadi yang tertinggi di Indonesia tahun ini, melampaui suhu 37 derajat Celsius yang tercatat di Tanah Merah, Papua Selatan, pada Senin (21/4/2025).

"Secara umum, wilayah yang mengalami suhu maksimum tinggi lebih dari 34 derajat Celsius tersebar di sebagian besar wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua bagian selatan," kata Deputi Meteorologi BMKG Andri Ramdhani dikutip dari Kompas.com, Sabtu (10/5/2025).

Beberapa daerah lain juga mencatat suhu udara di atas 36 derajat Celsius, seperti Stasiun Meteorologi Mutiara Sis-Al Jufri, Palu, dengan suhu 36,4 derajat Celsius, serta Stasiun Meteorologi Radin Inten II, Lampung, yang mencatatkan suhu 36,2 derajat Celsius.

BMKG mengidentifikasi warna oranye hingga merah pada peta sebaran suhu sebagai indikator dominasi suhu harian antara 33 hingga lebih dari 36 derajat Celsius. Kondisi ini mencerminkan cuaca terik yang meluas di siang hari.

Penyebab Suhu Udara Capai 37,2 Derajat Celsius

Andri menjelaskan, tingginya suhu udara yang tercatat di Kalimantan Tengah dipicu oleh sejumlah faktor meteorologis. 

Salah satunya adalah dominasi cuaca cerah dan minim tutupan awan, yang memungkinkan radiasi Matahari mencapai permukaan secara maksimal.

Faktor lain adalah kondisi pancaroba atau masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Selama masa ini, pola angin cenderung lemah dan mendukung peningkatan suhu permukaan secara signifikan.

"Suhu udara juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi awan, kelembapan udara, angin, dan topografi suatu wilayah," ujarnya.

Lebih lanjut, posisi semu Matahari saat ini berada di sekitar 11,2 derajat lintang utara. 

Dengan posisi tersebut, wilayah Indonesia yang berada di sekitar garis ekuator menerima penyinaran hampir tegak lurus, yang menyebabkan suhu udara terasa lebih panas, terutama di wilayah-wilayah dengan permukaan tanah kering dan minim sirkulasi angin.

Karakteristik Peralihan Musim di Indonesia
BMKG menjelaskan bahwa periode peralihan musim atau pancaroba di Indonesia ditandai dengan melemahnya angin Monsun Asia yang basah dan menguatnya angin Monsun Australia yang kering.

Angin Monsun Asia berasal dari benua Asia menuju Australia dan membawa uap air dalam jumlah besar yang memicu hujan saat musim hujan. 

Sementara itu, angin Monsun Australia bergerak sebaliknya dan membawa udara kering dari benua Australia ke wilayah Indonesia.

Selama periode transisi, cuaca cenderung lebih cerah, terutama pada pagi hingga siang hari. 

"Sehingga radiasi Matahari mencapai permukaan secara lebih optimal dan meningkatkan suhu udara secara signifikan," kata Andri.

Selain suhu yang lebih tinggi, kelembapan udara pada masa peralihan juga relatif lebih rendah, yakni berkisar antara 63 hingga 79 persen. 

Meski demikian, kondisi atmosfer yang tidak stabil dapat memicu pembentukan awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat, petir, dan angin kencang berdurasi singkat.

BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap dampak cuaca panas ekstrem selama masa pancaroba. **

T#gs
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments