- Home
- antaranusa
- Waspada Bahaya Minyak Sawit Terhadap Kesehatan, Kenapa Pemerintah Diam
Waspada Bahaya Minyak Sawit Terhadap Kesehatan, Kenapa Pemerintah Diam
Kamis, 19 Desember 2019 10:05 WIB
Tahukah Anda, ancaman apa yang dapat ditimbulkan dengan mengonsumsi minyak sawit secara berlebihan?
KESEHATAN, - Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit yang ditanam di perkebunan besar di tempat-tempat tropis, seperti Indonesia dan Malaysia. Banyak produk di pasar swalayan mengandung minyak sawit, seperti makanan kemasan, sampo, detergen, kosmetik, dan lain-lain.
Walau demikian, jumlah lemak jenuh dan kalori yang terkandung di dalamnya membuat minyak sawit menjadi pilihan yang berisiko bagi kesehatan Anda. Berikut ini penjelasan lengkapnya:
Tinggi lemak
Minyak sawit yang dikonsumsi terus-menerus dapat menyebabkan kenaikan berat badan, masalah jantung, dan penyakit kronis lainnya. Berdasarkan penelitian, Anda hanya memerlukan 44-78 gram lemak untuk diet harian 2,000 kalori. Satu sendok makan minyak kelapa memiliki 120 kalori dan 13,6 gram lemak.
Lemak jenuh
Minyak sawit mengandung lemak jenuh yang tinggi. The University of Maryland Medical Center menyatakan bahwa diet tinggi lemak jenuh dapat menyebabkan terbentuknya kolesterol dan plak di arteri. Seiring waktu, hal ini dapat memicu serangan jantung atau stroke. Karena itu, disarankan untuk tidak makan lebih dari 16 gram lemak jenuh untuk diet harian 2,000 kalori.
Kolesterol
Kolesterol tidak hanya berasal dari makanan yang Anda konsumsi, tetapi juga dari tubuh Anda yang secara alami menghasilkan lemak jenuh. Mengonsumsi makanan yang menggunakan minyak sawit berlebih, tentu dapat meningkatkan asupan lemak yang menyebabkan tingginya kadar kolesterol darah Anda.
Hipertensi
Selain menyebabkan kenaikan berat badan dan kolesterol tinggi, menggunakan minyak sawit yang telah dipanaskan dapat meningkatkan tekanan darah. Sebuah studi menemukan bahwa minyak sawit dapat menghasilkan radikal bebas – dan seiring waktu, radikal bebas ini dapat menyebabkan penyakit kronis seperti hipertensi. Demikian penjelasan dr. Muhammad Anwar Irzan dilansir klikdokter. (kd/*)
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments