- Home
- internasional
- Malaysia Dinilai Akan Lebih Agresif terhadap China
Malaysia Dinilai Akan Lebih Agresif terhadap China
Administrator Jumat, 11 Mei 2018 08:35 WIB
JAKARTA - Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu mengatakan ada sejumlah faktor di balik kemenangan kubu Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia. Menurut dia, Koalisi Harapan memang sudah memenangkan popularitas. Hal ini terlihat dari pemilu tahun 2013 tetapi saat itu mereka tidak dapat menguasai kursi di negara bagian.
"Munculnya Mahathir bukan karena hanya dia figur yang populer tetapi juga harus dilihat sebagai pecahan dari Barisan Nasional," kata Dinna Wisnu dalam rilis yang diterima Sindonews, Jakarta, Kamis (11/5/2018).
Mahathir membawa sebagian gerbong pendukung Barisan Nasional dan terlibat di partai yang baru dibentuknya, Partai Pribumi bersatu.
"Kemungkinan dia memborong suara dari voter yang sudah tua atau di atas 40 tahun," papar Wakil Indonesia untuk AICHR (ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights) ini.
Diungkapkan Dinna, pada awal pemerintahan, Malaysia kelihatannya akan banyak fokus ke dalam negeri. Yang pertama urusan tudingan korupsi pada Najib Razak. Kemudian Malaysia juga perlu meredam suasana dari dampak pemilu ini.
"Malaysia juga akan melakukan konsolidasi koalisi termasuk juga menjembatani hubungan dengan keluarga kerajaan apalagi Mahathir sudah lanjut usia," paparnya.
Kemungkinan ada kecenderungan arah kebijakan lebih proteksionis di bidang ekonomi. "Dia berkali-kali bilang bahwa Malaysia untuk orang Malaysia," tuturnya.
Terkait arah politik luar negeri, Malaysia berpotensi lebih agresif terhadap China walaupun tidak akrab juga dengan negara-negara Barat. Dalam semangat secepat-cepatnya mengubah posisi Malaysia agar tidak ditekan China, Mahathir berpotensi sangat percaya diri melontarkan pernyataan-pernyataan tajam yang belum tentu cocok juga dengan arah politik luar negeri Indonesia yang sedang menata dinamika power antarbangsa lewat Indo-Pacific.
Di sisi lain potensi kerja sama Indonesia-Malaysia bisa ditingkatkan sejalan dengan prinsip pendalaman demokrasi di Malaysia, agar lebih menerima civil society, perbedaan pendapat, dan HAM.
"Dorongan ke sana perlu terus-menerus dilakukan, secara bilateral atau lewat ASEAN, agar tetangga kita itu bisa lebih menghargai pula proses pertumbuhan ekonomi yang tidak berbasis politik sektarian berbasis ras (yang masih menonjol di Malaysia)," tandas Dinna. (*).
sumber: sindo.
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments